Rabu, 25 November 2009

Berbagi Kegembiraan

Perhatian adalah sentuhan halus dari perasaaan terhadap orang lain yang didasari oleh cinta kasih.
Perhatian adalah penghangat hati, penghibur jiwa dan tanda kepedulian.
Perhatian ini sangat penting bagi manusia dan vital bagi kehidupan,
maka sebagai pribadi yang istimewa, mari kita menggunakan waktu dalam hidup ini untuk memberi perhatian kepada orang lain disekitar kita.
Sungguh dengan berani memberikan perhatian ini maka dunia akan menjadi lebih baik dan lebih menyenangkan setidaknya dunia kita dan dunia mereka yang kita perhatikan ini.
Beberapa hari yang lalu, ada sms masuk ke pijetan saya dan isi sms itu adalah,"der, tadi pagi sudah trasfer uang dan tolong dipakai untuk makan bersama lansia".
Saya menjawabnya dengan kata sederhana,"Ok, terima kasih".
Tapi setelah berbicara dengan beberapa rekan ternyata sulit diadakan makan bersama dengan berbagai alasan, alasan pertama adalah rumah terlalu kecil dan tidak cukup untuk kumpul lansia apalagi keberadaan lansia itu berjauhan dengan rumah maka diputuskan kalau dana akan lebih baik jika dibelikan keperluan mandi, sembako dan susu serta bingkisan diantar ke rumah lansia itu.
Maka supaya kerja menajadi lebih baik, saya menyuruh beberapa anak kedokteran itu untuk belanja dan membuat bingkisan untuk lansian ini.
Setelah semuanya beres dan hari yang ditentukan tiba, kami mengantarkan bingksian ke rumah lansia ini dan sungguh sebuah pengalaman yang indah terjadi disana.
Anak-anak kedokteran yang ikut mengantar bingkisan merasa menemukan hal baru dalam kesehariannya, dimana ada yang mengatakan," saya di Bali sudah beberapa tahun tapi baru kali ini menemukan tempat-tempat seperti ini".
ada anak lain yang bilang ,"brud, apakah tidak lebih baik dimasukan ke rumah jompo lansia itu kerena mereka tinggal sendirian dan hidup dalam kesulitan apalagi kalau pas sakit seeprti Ibu...... yang sakit dan tidak ada yang merawat dan menemani???"
Banyak kalimat dan tanda tanya lain muncul dari perjumpaan ini.
Tapi dari semua kaliamt dan tanda tanya ini, ada satu hal yaitu kegembiraan kami dan anak-anak kedokteran ini, dimana kami boleh memeiliki pengalaman berjumpa dengan Ia dalam diri lansia yang hidup dalam ketidakberdayaan akrena usia, penyakit dan keterbelakangan.
Allah sungguh ada disana tapi adalah Allah yang megnalami "kesendirian" yang memerlukan sapaan, perhatian dan sentuhan sebagai masnuai yang adalah istimewa.
Disamping kegembiraan kami ini,
Yang paling utama adalah kegembiraan lansia yang boleh kami kunjungi, sapa dan perhatikan.
Mereka merasa bahagia karena didatangi dokter-dokter klinik,
mereka bahkan ada yang terharu sewaktu diperiksa kesehatannya oleh dokter klinik.
Kegembiraan terjadi karena sebuah jembatan kecil yang dibuat oleh seorang teman yang mengirimkan uang untuk lansia ini.
Dari kunjuangan ke lansia ini pula ada beberapa dokter yang bersedia untuk mengununginya lagi dan mengharapkan program kunjungan ini dilakuakn rutin karena banyak lansia yang sudah tidak bisa berjalan menuju klinik jika mereka sakit.
Sungguh hal besar lahir dari hal sederhana dan dari kerelaan memulai hal sederhana itu.
Jembatan kegembiraan ini dimulai dari kesediaan seeorang rekan berbagi kegembiraannya untuk lansia dan berlanjut dari kerelaan rekan dokter untuk mau melakukan "terobosan" kunjuangn ke rumah lansia ini, dan semakin nyata dalam diri lansia yang telah dikunjungi, dieprhatikan dan disapas ebagai pribadi sitimewa ayng layak mendapatkan semua kegembiraan ini.
Sungguh, alangkah sederhananya memberikan memebuat kegembiraan ini yaitu hanya dengan memberi perhatian kepada mereka yang "membutukan" perhatian itu dan dari sana muncul "kepedulian" akan keberadaan orang lain yang adalah saudara kita dalam kehidupan ini.
Andaikan banyak dari kita berani memulai hal kecil membangun jemabtan perhatian ini maka akan ada wajah baru dari kehidupan ini, yaitu wajah kegembiraan dalam setiap wajah manusia yang telah merasakan jembatan kegembiraan ini.
dan Andaikan,
Setiap dari kita mau membuat jembatan ini bagi setidaknya orang terdekat, maka akan ada sebuah pembaharuan dalam hidup dan akan terbentuk komunitas-komunitas kegembiraan disetiap tempat di dunia ini atau setidaknya kalau jembatan kegembiraan dengan perhatian ini ada dalam kelaurga maka akan ada banyak keluarga yang mengalami kegembiraan dalam hidupnya.
Semoga kita boleh memulai hal-hal sederhana untuk mengubah wajah dunia ini menjadi lebih baik dengan membangun jembatan kegembiraan disekitar kita.
Salam dalam cinta membangun dunia baru dengan berbagi kegembiraan dengan membuat jemabtan kegembiraan dengan kerelaan memebrikan perhatian kepada orang sekitar kita.
petrusp.

Selasa, 24 November 2009

Membangun keselarasan

Pernahkan Anda mengalami sebuah kejadian yang menjengkelkan karena hal yang sangat "kecil" atau sederhana???
Jika belum pernah beruntunglah.
Tapi jika pernah mengalami, lebih beruntunglah karena Anda akan mengalami sebuah pemahaman akan hal yang berbeda dalam kehidupan ini.
kemarin sore ketika pulsa pijetan saya habis dan uang yang ada di dompet saya tinggal satu lembar, saya memberanikan diri untuk membeli pulsa karena memang pulsa itu sangat saya perlukan untuk bisa membuat pijetan itu bisa bekerja menyapa banyak rekan.
Tapi ada sebuah kejadian kecil yang membuat saya jengkel setengah mati yaitu setelah trasaksi selesai dan penjual pulsa mengatakan kalau transaksi telah suskses.
Sesampainya di rumah, saya kembali mengsms rekan saya karena tadi tertunda karena pulsa habis, eh kok ternyata sms tetap tidak terkirim dan saya kembali melihat isi pulsa saya dan disana tertera Rp177,00
Saya kaget dan saya langsung lari pada penjual pulsa itu.
Saya tunjukkan isi pulsa saya dan mengatakan kalau saya tadi beli pulsa dan pulsa belum masuk.
Penjual pulsa ngotot dan mengatakan kalau trasnsaksi telah sukses dilakukan dan penjual itu malam menunjukkan bukti transaksi dengan kode serinya.
Saya tetap meyakinkan kalau pulsa belum masuk dan meminta penjula itu membantu saya agar pulsa saya daaptkan dan saya bisa kembali megsms teman,
Penjual itu membantu saya dengan menelepon ke call center atau apa saya lupa dan dari sana memang terjadi transaksi tapi terjadi "trouble" dan saya diminta menunggu 2 x 24 jam untuk mendapatkan pulsa saya itu.
Jelas saya protes pada penjual pulsa itu dan mengatakan," saya butuh pulsa saat ini mbak dan bukan 2 X 24 jam yang akan datang?????".
Penjual pulsa itu menjalaskan berulang -ulang bahwa demikian itu prosesnya dan tidak ada jalan lain kecuali membeli pulsa lagi.
Saya bilang," mbak sekarang ganti saja dengan transaksi baru dan untuk yang transaksi tadi dibatalkan saja karena saya sudah tidak punya uang lagi???".
Penjual pulsa mengatakn tidak bisa dan ia mengatakan,"kami akan rugi dengan kalau melakukan transaksi lagi, prosedur nya Anda menunggu 2 x 24 jam"..
Saya ngotot dengan penjual pulsa itu tapi tangapanya hanya," ini adalah biasa pak, maka bapak menunggu 2 X 24 jam saja".
Jengkel, marah dan ingin ...... saya pada penjual pulsa itu karena memang duit yang ada di dompet saya tinggal selembar dan itupun telah terpakai untuk beli pulsa yang tadi dan saya diminta beli lagi kalau ingin mendapatkan pulsa lagi.
Saya dengan kejengkelan meninggalkan penjual pulsa itu dan perasaan agak marah berkecamuk di dada saya, menuju atm bca untuk mengambil uang guna membeli pulsa baru.
Setelah dari bca saya membeli pulsa ditempat yang sama dan eh, langsung ada pemberitahuan kalau transaksi telah berhasil dan memang pulsa saya tertambahkan.
Setelah trnsaksi kw dua itu saya bilang," edan dalam waktu yang tak berbeda jauh kok bisa ada kejadian trouble yang adalah kejadian yang merugikan saya sebagai pembeli dan saya harus sabar menunggnu 2 X 24 untuk mendapatkan hak saya".
Kejadian menjengkelkan ini membuat saya berpikir jauh akan keadaan hidup yang lebih rumit.
Bagiamana jika hal ini terjadi pada orang yang memang hanya punya uang selembar dan hanya bisa membeli satu kali pulsa dan terjadi trouble sedangkan ia sangat membutukan pulsa itu untuk urusan yang amat mendesak dan hanya bisa diselesaikan dalam waktu itu????
Misalnya urusan untuk mengetahui kalau saudara atau orang tuanya kecelakaan dan masuk rumah sakit????
Apakah harus menunggu sampai 2 x 24 jam untuk kembali menelepon saudara yang mengalami "maaf" kecelakaan itu????
Gila, saya bisa gila jika memikirkan hal yang demikian ini.,
karena, jika harus menunggu 2 hari keburu "mati' yang mengalami kecelakaan.
Mengapa kerugian dan kesalahan "selalu" diberikan pada orang yang sebenarnya tidak layak untuk menanggung kesalahan dan kerugian itu????
Saya sebagai pembeli, tidak selayaknya menanggung kesalaah dari sistem yang salah itu dan penjual serta "provider" seharusnya bisa mengatasi hal ini dengan bekerjsa sama yang baik jika terjadi troubel ini.
Tapi kembali pembeli yang nota bene "orang kecil" yang harus menjadi korban dari kesalahan ini.
Hidup memang seolah tidak adil.
Mereka yang kecil dan pihak yang kecil selalu terkalahkan bukan hanya dalam dunia binis tapi dalam banyak hal.
Seolah mereka yang kecil telah dikebiri dengan sistem yang memang telah dibuat oleh mereka yang memiliki "kekuasaan" dalam segala hal.
Penjual, pihak atasan dan produsen besar selalu mencari keuntungan dan tidak mau rugi dan andaikan ada kesalahan maka kesalahan dileparkan pada pembeli yang nota bene adalah mereka yang "butuh" akan produk itu.
Prosuk itu akan laku kalau ada pembeli dan mereka lupa dengan keberadaan pembeli ini, dengan tidak memberikan perlindungan pada pembeli akan kerugian jika ada kesalahan
seeprti apa yang saya alami dalam membeli pulsa itu.
Pembeli dianggap sebagai "sapi" perahan yang bisa diperlakukan seenaknya demi keuntungan "majikan" atau pihsk penjual dan pihat yang lebih besar.
Pembeli seolah dibuat tak berdaya jika ada kesalahan termasuk kesalahan teknis.
Mungkin saya masih bisa berbantah walaupun hasilnya juga "nihil" dibanding orang lain yang mungkin hanya akan mengut-manggut dan menerima keadaan ini sambil mengerutu.
Kepentingan pembeli seolah "diabaikan" jika ada permasalahan dari proses pembelian ini.
Pembeli tak punya hak membela kalau a \da kesalahan dan cukup menerima setiap ada kesalahan.
Jika keadaan kehidupan telah demikian ini yang terjadi,
Maka apa yang akan terjadi selanjutnya?????
ketimpangan hidup,
Jika ketimpangan ini dibiarkan maka jelas akan menimbulkan banyak permasalahan yaitu kekecewaan dan kemarahan.
Jika kekecewaan dan kemarahan terjadi maka akan timbul hal yang jelas tidak akan mengenakkan terutama dalam keselarasan kehidiupan ini.
Jika hal ini terjadi maka akan terjadi petaka pada kehidupan dan kerugian akan ada pada semua pihak.
Semoga hal ini tidak terjadi dan semua bisa berjalan dalam kebaikan,
Hal ini akan terjadi jika,
Ada pembaharuan dan perubahan pada sistem menjadi sistem yang lebih baik.
Yaitu sistem yang mengutamakan win-win solution dimana semua merasa menang dan tidak dirugikan baik pihat atasan maupun pihak bawahan atau pihal pembeli dan pihak penjual.
Semoga "kesalahan" dan "kebobrokan" sistem pada penjualan pulsa ini,
Tidak terjadi dalam sistem pemerintahan dinegeri kita ini, dimana atasan merasa menjadi pemenang dan bawahan atau rakyat sebagai pihak yang kalah.
Jika sistem ini yang terjadi maka lambat laun peri kehidupan berbangsa dan bernegara akan hancur dan pergolakan akan terjadi,
Ini seperti kebaradan sitem antara Cicak dan Buaya.
Cicak ini akan kalah tapi jika cicak tidak disokong oleh ciciak laina, tapi dengan disokong maka cicak akan mengalahkan buaya.
Seperti yang terjadi dinegeri ini akhirnya cicak memang menang melawan buaya karena disokong oleh segenap warga lain di negeri ini.
Semoga kita boleh membaharui sistem dan kehidupan orang kecil semakin memperoleh kebaikan.
Salam dalam cinta membangun keselarasan kehidupan antara oran kecil dan orang besar atau atasan,
Salam dalam cinta membangun dunia baru.
Marilah melakukan hal sederhana untuk membangun jembatan keselarasan aagr dunia semakin hari semakin menjadi baik.
petrusp

Kamis, 19 November 2009

Berbagi Cahaya

Tiada hal yang boleh membahagiakan ketika melihat orang lain bahagia dan
mereka tertawa dengan apa yang telah kita lakukan pada mereka.

Sungguh membuat orang lain bahagia adalah rahmat yang sangat luar biasa
dalam hidup ini.

Kemarin pada tanggal 17 November, kami bersama pimpinan kami yang dari
Jakarta bekerja sama dengan salah satu lembaga bernama Gloria boleh
melakukan hal sederhana bagi mereka yang membutuhkan kacamata karena
keterbatasan penglihatannya.

Sebuah kegiatan untuk menjadikan “terang” bagi yang mengalami kegelapan
dan ketidak jelasan dalam melihat dunia ini.

Kami boleh memberikan kacamata pada anak-anak SD kelas 5 dan 6 didaerah
gunung kidul dan daerah Boro Kalibawang Jogja.
Kegiatan sederhana untuk mengubah dunia menjadi lebih baik, lebih cerah
dan lebih memiliki harapan.

Dalam kegiatan ini ada kejadian yang membahagaikan yang muncul spontan
dari anak-anak yang memperoleh kacamata ini.

Banyak anak yang mengatakan,” saiki enak tenan, jelas ndelok opo-opo????”
(sekarang enak sungguh, jelas melihat apa-apa)

Anak ini mengalami “minus” pada matanya dan karena
keterbatasan tidak bisa membeli kacamata minus dan pada saat pembagian
mereka merasa enak dan nyaman karena boleh melihat lebih jelas pada
keadaan sekitar dunia ini.

Kegembiraan, senyum dan wajah-wajah “semringah” ada dalam diri anak-anak
dan guru disekolah-sekolah yang kami bagikan kacamata ini.

Kesederhaan dan cinta mereka tidak tertutupi karena memang mereka barasal
dari daerah yang penuh kesahajaan yaitu pegunungan tandus yang airpun
sulit didapatkan sehingga hanya tergantung pada Allah akan semua kehidupan
yang dijalani.

Tak ada kepura-puraan dari diri anak-anak ini dalam berekspesi menunjukkan
kebahagaiannya, memang mereka pertama malu-malu memakai kacamata itu dan
hanya memandanginya dan sesekali mencobanya dan sewaktu mencoba senyum
atau tawa muncul dari mulut mereka yang kecil, mungil penuh kepolosan
sebagian insan dunia ini.

Kami yang boleh menyaksikan hal-hal ini ikut berbahagia dan boleh
merasakan kegembiraan mereka.

Melakukan hal kecil dengan hati besar dapat menjadikan semua menjadi baik.

Berbagi cahaya dan berbagi senyum inilah yang saat ini dibutuhkan di dunia
yang sedang sakit ini, karena dunia mengalami kepapan karena kehilangan
rasa kemanusiaan dari penghuninya, Apalagi dunai saat ini yang digemparkan
dengan isu akan adanya kiamat pada tahun 2012.

Namun dengan keberanian kelaur dari sekat “ego” dan kepentingan diri,
dengan kerelaan bebagai maka harapan dunia yang penuh kemanusiaan terwujud
kembali terutama dibagian bumi bernama Gunung kidul dan pegunungan
menoreh sebagai persiapan menyambut kedatangan Tuhan dab bukan kiamat.

Tuhan pasti akan datang pada kita dalam masa dan waktu yang kita tidak
tahu sehingga kita harus mempersiapkan kedatangNya dengan melakukan yang
paling baik di dalam kehidupan ini,

“Kiamat akan datang tapi hanya Bapa yang tahu”, jadi lakukan saja yang
terbaik dalam kehdiupan ini dengan berani berbagi pada mereka yang
membutuhkan kehadiran kita.

Semoga dengan berani melakukan yang paling baik, kegembiraan itu bisa
terus berlanjut dan kegiatan cinta ini terus ada sehingga akan banyak
anak-anak yang boleh melihat cahaya dan merasakan indahnya dunia ini
karena adanya cinta dari kerelaan untuk berbagi.

Salam dalam kebersamaan mencerahkan dunai dengan berbagi cahaya.

Salam dalam cinta membangun dunia baru.
petrusp.

Minggu, 01 November 2009

Biarkanlah saja, itu hak dia bukan kewajiban dia

Di hadapan Tuhan kita ini kecil, tak berdaya dan rapuh maka kita dalam doa
sering kali meminta kepadaNya untuk memberikan apa yang kita butuhkan
dalam hidup ini,
Saya yakin setiap dari kita pasti pernah meminta kepada Dia yang adalah
Tuhan.

Pernahkan ada orang yang belum pernah meminta dalam hidup ini????? Jika
ada, saya ingin sekali berkenalan dengan dia dan belajar menjadi muridnya.

Masalah meminta adalah biasa, yang menjadi masalah berikutnya adalah Ia
yang memberi. Apakah Ia mau lakukan yaitu memberi atau tidak itu adalah
hak Dia dan bukan kewajiabnNya, jadi kita tidak bisa menuntut dari apa
yang kita minta itu.

Kemarin pagi sewaktu saya sedang membaca buku, pintu rumah saya diketok
seorang anak kelas dua smp, saya membukakan pintu dan sebelum ditanya,
anak itu lansung bilang,” bruder saya minta uang jatah bulanan saya yang
bruder berikan”.

Saya kaget setengah mati dengan kalimat anak ini dan saya langsung
menyurunnya masuk dan duduk.

Saya bilang, “ulangi lagi kamu tadi ngomong apa????”.
Anak itu dengan entengnya, kembali mengulangi perkataan minta uang jatah
bulanan.

Kalimat anak ini membuat saya naik darah dan “marah”.

Saya bilang pada anak itu,” kamu salah besar dengan meminta uang itu pada
saya, saya ini apaan kamu????”.

Anak itu hanya diam saja.

Tambah saya,” kamu bukan apa-apa saya dan saya tidak punya kewajiban
memberi uang pada kamu, saya memberi itu hak saya, mau saya beri atau
tidak bukan urusanmu dan kamu tidak bisa menuntut dan meminta pada saya
untuk memberikan uang, enak saja kamu minta uang bulanan pada saya”.
Saya “nyerocos” banyak pada anak ini sampai anak ini “sesenggukan”
menangis dan setelah saya ceramahi cukup panjang lebat, saya menyuruh anak
itu pulang dan saya tidak memberi uang pada anak ini.

Anak ini pulang dengan menangis dan saya bilang,” jangan sekali-kali minta
uang pada saya apalagi jatah bulanan, saya tidak akan memberikan lagi
padamu”.

Saya tidak tahu mengapa saya bisa marah begitu besar pagi ini dan saya
bisa jengkel setengah mati mendengar kalimat anak itu uang meminta uang
jatah bulanan yang saya berikan padanya sedagkan saya belum pernah
memberikan uang pada anak itu karena saya memberikan selalu melalui
ibunya agar uang bisa diatur untuk jajan atau keprluan lain anak itu,
saya memberikan karena anak ini sudah tidak memiliki bapak dan ibunya
hanya bekreja sebagia tukang bersih-bersih rumah.

Setelah anak itu pulang , hati saya masih jengkel dan untuk menghilangkan
kejengkelan, saya duduk didepan Simbok Maria di kamar saya, eh kok saya
malah mengangis disana karena sedih telah marah pada anak itu.

Pikir saya,”kok kasar sekali saya pada anak itu”.

Untuk menghilankan kejengkelan dan kemarahan hati ini, saya menyambar
motor dan keliling denapsar dengan tujuan gak jelas sampai akhirnya
terdampar di tempat teman saya di daerah legian, saya tumpahkan kekesalan
saya pada teman disana.


Saya sadar apa yang saya lakukan “menyakiti” hati anak itu dan juga hati
saya sendiri tapi ini saya lakukan untuk mendidik agar anak itu tidak
seenaknya saja minta uang pada saya seolah saya bertangung jawab dan
berkewajiban memberikan uang padanya.

Memang anak ini dari kelaurga “terbelakang” dan uang itu amat penting dan
berarti baginya, tapi bukan dengan cara itu ia harus meminta, saya
memberi karena kerelaan dan hak saya buka kewajiban saya.

Saya menempatkan pada posisi yang tepat agar tidak membuat anak ini seolah
menuntut “hak” pada saya sedangkan saya tidak punya kewajiban apa-apa pada
anak ini.

Saya melakukan tindakan “kasar’ pada anak ini karena memang disamping saya
sedang banyak masalah dan pengeluaran uang juga membengkak dengan banayk
urusan, saya juga sedang menghadapi hal-hal yang menyita pikiran saya.

Yang pasti saya telah “tidak terkontrol’ dalam memarahi anak ini dan tidak
mengabulkan apa yang diminta oleh anak ini dan membuat anak ini kecewa,
sedih, marah, emrasa bersalah serta “mungkin” sakit hati dengan saya.

Saya sadar bahwa saya melakukan hal ini karena yang pertama ada di benak
saya adalah,”kurang ajar anak ini dan bagaimana kalau saya pas tidak punya
uang???”.

Keadaan tidak akan selalu baik dalam diri kita, gelombang pasang dan surut
akan dialami dan sayapun tidak akan selalu punyan uang dalam kehidupan ini
sehingga saya harus membebaskan diri dari rasa kewajiban untuk memberi,
walaupun dalam penyelenggaraan Tuhan saya yakin akan hidup dalam kecukupan
tidak kurang suatu apapun dan dimampukan menjadi saluran ebrkat bagi
banayk orang. (somboang dikit ya, he he he).

Saya memberi karena kerelaan dan memang ia layak diberi dan bukan karena
keewajiban dan ia bisa menuntut dari apa yang menjadi hak saya.

Doakan saya selalu memiliki uang karena “emak” akan selalu mengirimkan
setiap bulan. He he he he.

Rasa kescewa dan sakit hati yang diamai oleh anak ini karena permintaannya
tidak dikabulkan bahkan “dimarahi”, yang menjadi pemikiran saya dan
perenungan saya dan juga kejekelan dan kemarahan saya.

Saya jengkel karena “hak” saya diusik dan diganti seolah menjadi
“kewajiban”, dan mengapa hak harus menjadikan anak ini kecewa dan mungkin
sakit hati????.

Saya sebagai “pemberi” yang memiliki hak tak harus diwajibkan adalah
“mutlak” tidak bisa diganggu gugat, Ini seperti “kekuasaan” absokud.

Sedangkan anak ini sebagai pihak penerima, tidak bisa menuntut “hak” pada
saya yang memiliki “hak”, karena memang anak ini tidak ada pertalian
antara hak dan kewajiban dengan saya.

Anak ini juga tidak memiliki kewajiabn apa-apa pada saya dan saya juga
bebas dari dia sehingga ia tidak bisa menuntut hak pada saya.

Ia tidak bekerja untuk saya dan juga bukan anak asuh saya, bahkan secara
ektrim bukan apa-apa saya.

Tapi anak ini telah menjadi salah “seolah” hak dan “kebaikan” dari
keiklasan hati saya untuk membwri telah dijadikan kalau itu adalah
kewajiban dan tangung jawab saya padanya.

Pola ini memang seolah membentuk pola yang salah pada anak ini dengan
menjadikan ia seolah seorang “penerima” atau “pengemis”.

Tapi bukankan pengemis tidak boleh menuntut dari pemberian orang, mereka
hanya berhak untuk menerima atau tidak dari kerelaan hati orang lain.

Jadi anak ini bukan meletakan diri sebagai penerima tapi sebagai “preman”
dan ini yang membnaut saya marah padanya.

Ia tidak bisa memaksa orang memberikan “hak”nya padanya dan menjadikan
orang wajib memberika padanya.

Jika pola ini ditarik secara dalam,
Ini sama dengan hidup kita dalam relasi dengan Allah.

Kita tidak bisa merasa kecewa dan sakit hati padaNya karena doa-doa
permohonan kita tidak dikabulkan.

Mengabulkan doa adalah “hak “ Dia dan kita tidak bisa memaksa.

Tapi banyak dari kita menjadi kecewa, marah dan sakit hati kalau doa tidak
dikabulkan.

Orang menjadi lupa dan meninggalkan Dia karena merasa marah, kecewa dan
sakit hati sedangkan hal ini seharusnya tidak perlu dan malah djauhkan
dalam kehidupan.

Dalam keadaan apapun, dikabulkana tau tidak doa kita, relasi harus terus
terjalin dan bahkan membiarkan semua tetap dalam “hak” Dia mengenai hidup
kita terutama akan doa-doa permohonaan kita.

Ia punya alasan lain dengan tidak mengabulkan doa kita.

Seperti saya “marah” pada anak ini karena ia bertindak sebagai preman,
dan saya punya alasan lain disamping itu bukan kewajiban saya untuk
memberi.

Maka sebenarya kita ini adalah sama sebagai “pengemis” kepada Tuhan.
Kita bukan saja pengemis dalam permohonan materi, kesehatan, nasib baik
tapi juga pengemis meminta pengampuanan dari Tuhan atas dosa kita.

Semua pengabulan adalah hak Dia dan kita tak bisa memaksa dan menjadikan
pengabulan doa sebagai kewajiban Dia.

Orang suci dan orang benar adalah mereka yang tetap melakukan doa walaupun
doa dikabulkan atau tidak serta tidak mencampuri urusan pengabulan karena
itu adalah urusan Dia yang punya kuaa dan hak atas doa itu.

Dengan pemahaman seperti ini, bahkan dengan doa tidak dikabulkan dan hidup
mengalami kemalanganpun kita harus selalau rendah hati dan bersyukur
padaNya atas apa yang terjadi.

Tak boleh kita menuntut padaNya apalagi memaksa seeprti preman dan
menjadikan kewajiban kalau Ia harus memberikan setiap yang kita inginkan.

Kita akan menjadi salah jika melakukan ini sepeti apa yang dilakukan anak
smp itu pada saya.

Syukur Allah sulit mengalamai kemarahan dan kejengkelan tidak seperti saya,
Kalau Allah sudah marah pada kita, apa jadinya hidup kita?????
Tak hanya kecewa dan sakit hati tapi kita bisa mati kerena kemarahanNya.

Semoga kita bisa menempatkan posisi yang terbaik dalam hidup ini
menjadikan hidup dalam cinta walaupun doa masih jauh dari apa yang
diharapkan karena Dia belum dan atau tidak mau mengabulkan doa dan harapan
kita.

Cinta padaNya harus terus dibangun dan tetap terjaga dalam keadaan apapun.

Salam dalam cinta membangun dunia dengan menempatkan Ia sebagai pemilik
“hak” akan kebaikan kita dan kita tidak memaksa walaupun hidup dalam
keadaan tidak nyaman sebagaimanapun.

Mencintai Dia adalah keberuntungan, doa dikabulkan adalah kebaikan dan
tidak dikabulkan pun adalah kebaikan karena Ia memiliki rencana terbaik
dalam hidup kita.

Salam membangun dunia baru dengan kesadaran cinta.
petrusp.