Senin, 23 Februari 2009

Jalan Kegembiraan 5

Beberapa hari yang lalu ada pesta besar di keuskupan Denpasar yaitu tahbisan uskup.
Tahbisan ini berjalan lancar dan syukur kepada Allah saya boleh duduk didalam gereja walaupun di balkon dan secara "tidak langsung" tidak bisa melihat "prosesi" tahbisan ini karena disamping di balkon juga duduk di belakang karena bagian depan telah diisi oleh para donatus kelas ".........".
Untuk tamu undangan dan donatur kelas "kakap" duduk di bawah dan langsung bisa menyaksikan "prosesi" tahbisan uskup baru.
Setidaknya saya lebih beruntung karena boleh ada di dalam gereja dibanding umat lain yang berjubel di luar gereja.
Saya tidak tahu dengan pengaturan yang demikian karena memang inilah yang terjadi dalam "prosesi" tahbisan uskup ini.
Selama "prosesi" tahbisan, saya hanya bisa mendengarkan karena televisi yang ada didepan telah tertutupi oleh umat yang ada didepan ayng cenderung berdiri untuk melihat prosesi lansung daripada melihat dari dari televisi.
Setelah selesai misa dan prosesi tahbisan, saya yang dari awal membawa kamera belum bisa mengambil gambar satupun akhirnya setelah prosesi selesai saya maju ke depan untuk mengambil gambar altar serta barisan para uskup yang masih duduk di altar.
Sewaktu saya sedang akan mau menjepretkan kamera, saya ditepuk dari belakang oleh seorang Ibu dan Ibu itu menarik tangan saya agar tidak menghapangi pandangannya dengan mengtarakan," minggir".
Saya langsung memandangi Ibu itu dan spontan berbicara," saya hanya akan ambil gambar altar saja".
Ibu itu malam memelototi saya dan mengatakan,"minggir".
Saya jadi sedih dan tidak jadi ambil gambar.
Inilah nasib orang kecil.
Mau ambil gambar sekali saja sudah ditegur dan diplotosi karena dirasa menggangu.
Ibu ini yang dari awal bisa menyaksikan "prosesi" dan secara menyeluruh menghalangi umat yang dibelangnya ternyata setelah "prosesipun" masih merasa kurang serta dengan kasar mengusir orang yang hanya sekedar akan mengambil foto.
Hidup memang tidak mengenakkan bagi mereka yang kecil dan tidak memiliki "kuasa" dalam dunia ini.
Gambaran keserakahan ada dalam diri "orang" yang sulit berbagi "kesempatan" bagi orang lain dan semua hal dimonopoli sendiri.
Saya yakin kesedihan saya ini juga dialami oleh mereka yang "tidak" diperhatikan oleh dunia ini dan cenderung "ditolak"
Kesedihan karena dihapus dan dihilangkannya kesempatan untuk mendapatkan apa yang terbaik walaupun hanya sedikit sekali.
Bukan karena tidak mau berusaha namun karena dihalangi.
Jika nekat maka akan terjadi sebuah permasalahan dan akhirnya yang kuat dan berkusa pula yang akan menang.
Hanya diam yang bisa dilakukan dengan perasaan "gondok" sampai diubun -ubun.
Hidup memang "sepertinya" tidak adil.
Banyak orang bilang, "orang susah dan miskin karena mereka malas".
benarkan karena malas ?
Mungkin benar tapi mungkin juga tidak.
Saya tidak malas dan saya berusaha maju untuk mengambil foto altar dengan para uskup yang ada disana namun karena menghalangi Ibu itu saya ditarik dan diplototi karena menghalangi pandanganya yang mungkin hanya sebentar saja.
Ini karena bukan malas tapi karena dihalangi untuk tidak dapat mengambil kesempatan.
Jadi orang kecil selalu dipojokan.
Apapun usaha yang dilakukan kalau berbenturan dengan mereka yang memiliki kuasa lebih pasti akan selalu mendapatkan hambatan bahkan dicekik hingga orang tidak dapat bernafas.
Hal ini terjadi pula dalam kehidupan nyata.
Tadi siang ketika saya menonton televisi, ada seorang perempuan yang diperkosa dan dirampok hingga stress didaerah Pamulang namun perempuan ini tidak mendapatkan pertolongan baik dari aparat maupun dari pihak puskesmas dan rumah sakit karena dikatakan bukan warganya dan tidak memiliki identitas.
Apakah hanya yang memiliki identitas yang harus diperlakukan sebagai manusia dan memperoleh penanganan? termasuk penanganan pihak pemerintah.
Demikianlah keadaan pelayanan di negeri ini?
Sungguh malang mereka yang hidup dalam kekurangn dan ketidak berdayaan.
Panggilan untuk terlibat bagi orang lain terutama ayng kecil dan terbuang sudah luntur dalam kehidupan ini.
Bukan hanya kehidupan pemerintah tapi kehidupan menggerejapun juga demikian.
Mereka yang kecil selalu ditempatkan pada tempat yang jauh dijangkau.
Hanya mereka yang memiliki kuasa dan andil yang diistimewakan.
Saya yakin kalau Yesus ada dalam setiap perayaan dan pergumulan kehidupan ini, IA pasti akan ada bersama orang kecil dan bahkan dalam acara tahbisan uskuppun IA akan ada diluar gereja di tenda bersama umat yang tidak bisa masuk gereja.
Mengapa hal ini yang menjadi pilihan Yesus ?
Karena Yesus datang untuk mereka yang tidak memiliki "kekausaan" dan hidup tidak diperhatikan.
Maka jalan utama yang paling mendekatkan diri pada kristus adalah jalan keterlibatan pada yang kecil dan tidak diperhatikan.
Melalui jalan ini kesempatan bertemu dengan Yesus akan lebih mudah.
Saya sendiri yang ada dalam gereja ternyata tidak bisa melihat prosesi tahbisan uskup karena terhalang oleh emreka yang didepan dan akan menmbil satu gambarpun mendapatkan teguran dan plototan mata.
Mungkin kalau saya diluar, saya malah bisa melihat televisi karena semua umat duduk dan jarang ada yang berdiri karena prosesi juga tidak akan kelihatan walaupun berdiri sehinga salah satu jalan ya hanyalah duduk nonton di televisi secara bersama-sama.
Semoga jalan kegembiraan yang telah Allah berikan dalam diri kita dalam keterlibatan pada orang kecil itu tumbuh, berkembang, berbuah dan dapat dirasakan oleh banyak orang.
Panggilan kita adalah panggilan untuk menjadi jalan kegembiraan bagi banyak orang tanpa menghalangi siapa saja yang ingin bertemu dengan Tuhan.
Salam dalam cinta membangun dunia baru untuk terlibat dalam memberi ruang pada orang lain untuk memiliki kesempatan yang sama dalam merasakan kehadiran Tuhan.
Berdoalah untuk kami agar rumah kami boleh menjadi ruang bagi siapa saja yang ingin memperoleh sapaan dan cinta dari Tuhan melalui karya kecil dan sederhana ini dan doakan dimana kami hari ini boleh membantu ibu dari keluarga miskin yang memiliki bayi kembar sehingga harus ditangani secara serius.
Salam dalam cinta untuk terlibat dalam kehidupan ini.
petrusp.

Selasa, 10 Februari 2009

Flag this message Jalan kegembiraan 4

Lakukan segala hal dalam kesadaran penuh cinta untuk semakin memulikan
nama Allah dan semakin memberikan kegembiraan kepada kehidupan ini.
Sungguh melalui kesadaran untuk memberikan kebaikan pada kehidupan ini
akan mampu menyapa mereka terutama mereka yang membutuhkan peneguhan dari
kehadiran kita.
Allah dalam diri pribadi bernama Yesus telah bersungguh-sungguh datang ke
dunia untuk hidup kita dan kesungguhan Allah dalam cinta itu sekarang
diwariskan kepada kita agar kita juga melakukan hal yang sama seperti yang
telah Dia lakukannya.
Sekali lagi, kesungguhan dalam bertindak untuk menyapa orang lain terutama
mereka yang membutuhkan peneguhan dari kehadiran kita akan mengubah dunia
menjadi elbih baik dan mengembirakan.
Kemarin sore pada saat klinik praktek, seperti biasa saya bertugas
membagikan obat kepada pasien setelah mereka diperiksa oleh dokter.
Saya secara spontan selalu menyertakan kalimat sederhana kepada mereka
yang menerima obat itu yaitu kalimat,” Semoga cepat sembuh ya”.
Kalimat ini sangat sederhana namun ternyata membuat iri bagi orang yang
tidak disapa dengan kalimat itu.
Pada saat seorang ibu menerima obt dan saya lupa mengucapkan kalimat,
“semoga cepat sembuh”.
Ibu itu berbicara,” Pak Dokter, kok saya tidak dibilangi semoga cepat
sembuh, kan saya juga pingin sembuh”.
Sontak saya kaget dan tidak bisa bilang apa-apa.
Lalu saya bilang pada ibu itu,”semoga cepat sembuh ya Bu, maaf saya lupa”.
Ibu itu menjawab,”terima kasih pak dokter saya diperlakukan sama dengan
yang lain”.
Lalu ibu itu pulang dan saya bercerita kejadian itu dengan perawat yang
ada di ruang obat.
Perawat itu bilang,” makanya bruder jangan lupa mengatakan kalimat semoga
cepat sembuh itu karena kaliamt itu adalah obat yang manjur bagi pasien”.
Saya tidak pernah menyangka kalau kalimat yang biasa saya ucapkan setelah
memberi obat itu menjadi daya tarik tersendiri bagi pasien dan kalimat itu
berguna bagi mereka.
Mereka merasa “diorangkan” dan disapa secara pribadi dengan kalimat itu.
Kekuatan kalimat itu ternyata sangat besar bagi pasien yang berobat
diklinik kami.
Bahkan kebiasaan memegang kepala anak-anak setelah memberikan obat juga
menjadi hal istimewa dimana anak-anak itu menjadi dekat dengan saya.
Mereka kelihatan bahagia ketika kepala dipegang dan bahkan ada ibu yang
malah meminta saya memberkati anaknya sewaktu berobat agar cepat sembuh.
Luar baisa.
Hal yang kecil yang biasa dilakukan tanpa “kesadaran” ternyata mengandung
makna yang sangup menyentuh kehidupan orang yang membutuhkan dukungan.
Kehadiran dan sapaan itu ternyata sangat berdaya guna bagi kehidupan ini.
Orang kecil memang membutuhkan “banyak” perhatian yang memanusiakan mereka.
Berbeda dengan mereka yang merasa hidup sudah “mumpuni” mereka kadang
menyepelekan hal-hal kecil itu dan cuek, disapa atau tidak disapa dengan
kalimat semoga cepat sembuh tidak jadi masalah karena kalimat itu tidak
mengubah keadaan karena obat yang diterima adalah yang terpenting
sedangkan sapaan tidak berdaya guna.
Pantalah Kristus selalu memberikan sapaan istimewa kepada orang –orang
disekitarnya.
Sapaan sahabat, Aku datang untuk domba yang hilang, berbahagilah mereka
yang…., dan banyak sapaan lain yang dikhususkan untuk mereka yang
dipandangNya ada “dibawah” yang tidak diperhatikan dunia.
Sapaan Kristus ini adalah peneguhan atas kehadiranNya untuk mereka yang
kadang tidak diperhitungkan oleh dunia.
Siapa yang peduli dengan orang kecil ?
Memang banyak yang peduli tetapi bagiaman kepedulian mereka ?
Kepedulian itu kadang dengan hadir sebagai “majikan” dan orang “besar”
yang memiliki kekuatan untuk memberi sehingga kehadirannya malah ingin
diperhatikan dan diberi tempat yang lebih istimewa.
Yesus memberi keteladanan bahwa kehadiraNya adalah untuk mereka dan Ia
menempatkan diri sebagai orang yang sama dengan yang dikunjungiNya,.
Ia tidak menempatkan diri pada posisi diatas yang harus diperhatikan dan
dinomorsatukan namun pada posisi sederajat yang mengangkat martabat mereka
yang “didatanginya”
Warisan kerendahan hati Yesus inilah yang diwariskan kepada kita.
Warisan yang hebat namun banyak dilupakan dan ditolah terutama oleh mereka
yang telah merasa “mumpuni” dan “berkekusaan” diatas yang lain.
Hadir dalam kesetaraan dengan memberikan sapaan yang mengangkat martabat
mereka yang membutuhkan lebih memiliki daya guna dan efek yang luar biasa.
Sapaan yang mengangkat martabat itulah yang memberikan kelegaan kepada
mereka yang membutuhkan.
Sungguh panggilan ini saat ini diberikan kepada kita sebagai utusan dan
duta cinta Allah sendiri kepada dunia ini.
Panggilan ini akan menjadi lebih nyata adalah ketika mereka yang memiliki
“posisi” lebih, berani untuk mengambil tempat yang sama dengan mereka yang
dilayani.
Sayang hal ini sulit sekali ada dan ditemukan.
Bahkan dalam gerejapun kadang hal ini sudah “dilupakan”,
Saya melihat dalam acara-acara “besar’ mereka yang memiliki uang dan
bertindak sebagai donatur kakap selalu ditempatkan pada posisi istimewa
dekat dengan acara-acara sedangkan mereka yang dianggab orang biasa
apalagi orang “gembelan” ditempatkan pada posisi yang jauh dari pusat
acara.
Dalam acara yang “metahbiskan” seorang gembalapun kadang diatur sedemikian
rupa menurut peran dan “donasinya”.
Yang membantu banyak bisa masuk kedalam gereja dan di kursi yang dekat
dengan sang gembala tertahbis dan yang “kroco-kroco” diluar cukup menonton
layar televisi atau layar kain yang dibentangkan dengan cahaya LCD.
Dimana keperpihakan itu ?
Ini memang hal dilematis namun sungguh ada dan terjadi.
Mereka yang “kroco” berjubel dan mereka yang “kakap” diistimewakan dengan
banyak “kenyamanan”.
Peran dari sapaan kepada mereka yang kecil semakin jauh dan ditinggalkan.
Saya yakin Yesus memilih duduk bersama “kroco-kroco” itu dibanding duduk
dengan “kakap-kakap” dalam setiap acara kebesaran gereja, karena Yesus
menyadari kalau IA adalah “kroco” dan dia hadir ke dunai memang sebagai
“kroco” yang hadir di kandang dan mati di salib dengan hanya memiliki
sepotong kain lampin yang menghangatkan diriNya.
Sapaan dan keperpihakan yang mengharukan dari seorang pribadi yang tak
lain adalah Allah sang penguasa alam semesta dan surga.
Keteladanan Yesus ini pernah nyata ada dalam diri seorang uskup di Amerika
latin yaitu Mgr Romero.
Beliau pernah bilang,” saya akan meninggalkan sidang-sidang dan kehadiran
para imam kalau ada oang kecil datang dari pedusunan untuk bertemu dengan
saya, Alasanya orang kecil dari pedusunan itu datang dengan berjalan kaki
sedangkan para imam bisa naik mobil atau bis untuk bertemu dengan saya
maupun pertemuan-pertemuan”.
Inilah keteladanan keperpiahkan kepada yang kecil,
Memanusiakan mereka yang kecil dan kadang dipandang bukan “manusia”.
Sapaan secara “khusus” kepada yang kecil dengan meninggalkan sidang dan
para imam demi orang kecil.
Kehadiran yang demikian inilah yang harus menjadi warisan pada kita yang
mengatas namakan diri sebagai anak-anak Allah yang adalah Allahnya orang
kecil dan berdosa.
Dari sapaan yang sederhana dan kehadiran yang berpihak pada yang kecil,
gereja semakin eksis dan berdiri pada tiang-tiang perutusannya sebagai
“IBU”.
Panggilan sebagai Ibu adalah melindungi, mengurus dan mencukupi kebutuhan
anak-anaknya terutama kebutuhan yang bersifat rohaniah.
Semoga kita boleh seperti Mgr Romero yang telah meneladankan diri sebagai
gembala yang dipilih oleh Yesus sendiri sebagai wakil kehadiranNya di
dunia dengan keberanian menyapa mereka dengan ketulusan hati dan kehadiran
yang total untuk orang kecil.
Keperpihakan Mgr Romero adalah keperihakan akan cinta kepada mekreka yang
kecil dan tertindas yang sudah dilupakan oleh dunia ini.
Kita memang tidak akan sanggup menyapa dan melakukan hal besar sendirian
namun dengan bergandeng tangan dan berusaha memanusiakan mereka yang
membutuhkan bantuan dengan menyapa secara penuh cinta akan dapat mengubah
dunia menjadi labih baik yaitu dunia yang dipenuhi oleh cinta dan
keperpihakan kepada mereka yang dilupakan,.
Salam dalam keberanian memberikan sapaan kepada kehidupan ini.
Dan saya memberikan sapan khusus untuk Sampeyan,”semoga Allah memberkati
hidup, keluaga dan usaha sampeyan sehingga semua menghasilkan buah yang
berlipah.
Salam dalam cinta membangun dunia baru dalam cinta untuk memanusiakan dan
menjunjung tinggi martabat semua orang sebagai saudar.
Hiduplah seperti “toilet” ia tidak pernah membedakan siapa yang
mengunjunginya untuk melepaskan “kepenatan” yaitu kecing.
Ia tidak membedakan suku, ras, agama, buaya , keuangan, warna kulit
ataupan bentuk fisik.
Ia menerima semua dengan kerelaan hati dan menyapa setiap oring dengan
“mulut” terbuka agar orang dapat melepaskan “kepenatan” disana.
Ia tidak protes karena yang mengunjuni adalah orang hitam, kecil dan
cendering jelek dan ingin dikunjuni orang yang ganteng, kaya dan hebat.
Ia menerima dengan cinta dan menyapa dengan mesra, “silahkan datang padaku
yang letih menangung beban berat untuk kencing disini, aku siap menerima
anda sepenuh bentuk saya sebagai toilet”.
Salam dalam cinta membangun dunia baru.
Petrusp.

Rabu, 04 Februari 2009

Jalan Kebahagiaan 3

Dalam kesulitan dan tak ada harapan dalam menghadapi hidup, pandanglah salib Tuhan.
Apa yang ada disana ?
Tubuh yang tergantung tanpa ada yang bisa dibanggakan kecuali kain penutup kemaluanNya,
Kain itu pula yang dahulu menghangatkanNya sewaktu pertama lahir di dunia itu.
Ya, hanya kain lampin.
Sungguh IA yang adalah Tuhan lahir dalam kemiskinan dan meninggal dalam kemiskinan pula.
Namun setelah pergulatan dalam kemiskinaan itu kemuliaan menyelimutiNya dan Ia menjadi penguasa atas seluruh kekayaan surga dan dunia.
Jadi jika hidup sedang menghadapi banyak kesulitan dan tak ada yang dapat dibanggakan,
Jangan patah semangat karena IA telah meneladankan hidup dalam keadaan yang paling menyedihkan.
Teruslah maju dan berharap karena kita akan bangkit dalam kemuliaan bersamaNya setelah penderitaan Salib itu.
Sobat, keadaan saat ini memang penuh kesulitan dan banyak orang berada dalam keadaan jauh dari yang diharapkan.
Namun yakinlah bahwa kebaikan itu akan segera datang.
Apa yang dapat mempermudah "kebaikan" itu datang untuk menyelesaikan krisis dan kesulitan ini.
Menghilangkan "keserakahan", ya "keserakahan" dan meningkatkan "kebersamaan" dan hidup saling mendukung.
Jika banyak orang berani mengambil tindakan seperti DIA dengan meninggalkan "kemelekatan" maka kebaikan akan penyelesaian kesulitan akan cepat teratasi.
Keserakahan telah memporak-porandakan kehidupan ini.
Sungguh, krisis saat ini dikarenakan keserakahan dari orang-orang yang tinggal di dunia ini dan mereka yang sulit berbagi pada orang lain.
Orang banyak disibukan dengan semakin memperluas "kapling" dan "ruang" kepemilikan dan lupa akan "ruang" kepemilikan orang lain.
Jika orang "menyadari" diri dengan "kecukupan" dan mampu menjadi bagian orang lain dalam kehidupan ini tentu "krisis" saat ini tidak akan terjadi.
Kita melihat apa yang sedang berkecamuk dalam tataran negeri ini.
Apa yang sedang terjadi sebenarnya ?
Ditengah krisis dimana makanpun sulit bagi yang miskin, banyak "baleho" bergambar calon-calon "pemegang" kebijakan negeri ini tersebar dimana-mana.
Bahkan baleho ini seperti hiasan yang selalu ada dalam setiap pohon, tikungan dan sudut sudut kota maupun desa.
Berapa biaya untuk membuat baleho ini ?
Tentulah sangat banyak.
Bisa dibanyakan andaikan uang itu dikumpulkan dan dibelikan beras ?
Wah pasti akan mendapatkan beras berton-ton dan mengenyangkan perut banyak orang terutama mereka yang hidup dalam "kesulitan" akibat krisis ini.
Alangkah indahnya jika semua boleh bergandengan tangan dalam kebersamaan dimana hidup saling melengkapi dan saling memberi dukungan dengan cara yang "baik" dan "benar".
Yang kecil memberikan mandat karena kepercayaan dan yang memegang kebijakan sungguh bekerja untuk yang kecil.
Hasil sama-sama dinikmati dalam kebersamaan.
Hidup akan menjadi sangat membahagiakan karena ada penerimaan dan kepercayaan.
Lha apa yang terjadi, belum menjadi pemegang 'kebijkan'pun sudah menghambur-hamburkan uang dan setelah jadi "tentu" akan mulai mengumpulkan uang sehingga mandat yang dibeli dengan banyak uang itu akan dijual dengan harga yang mahal pula.
Jika hukum dagang yang dipakai dalam perebutan "kekuasaan" ini maka kehancuran akan memperparah lamanya krisis yang terjadi saat ini.
Kembai nasib orang kecil semakin "terpingirkan" dan penderitaan semakin meraja lela.
Ini akibat "keserakahan" memperoleh ruang dan kapling luas dalam kehidupan ini.
Beruntunglah mereka yang berani hidup dengan berani membangun ruang bagi orang lain dan mengecilkan ruang pribadinya.
Orang-orang demikian akan hidup dalam keculupan dan kegembiraan serta mengakibatkan orang lain juga merasakan kegembiraan karena merasa ruang hidupnya tidak diambil atau dirampas.
Klinik kami hari-hari ini mengalami kegembiraan yang sungguh menyentuh hati.
Kemarin hari, ada orang yang membawa "sepotong" daging,
Kemarin sore ada nenek yang membawakan kami pisang dan mangis katanya dari kebunya yang di kampung,
Tadi siang ada ibu-ibu yang mengantar krupuk dan rempeyek,
Serta tadi sore ada nenek yang memabwa pisang untuk kami.
Orang-orang itu hadir dengan memberi apa yang dimiliki bahkan dibawa jauh dari kampungnya guna membahagiakan orang kami.
Mereka melakukan hal ini karena telah merasakan kehadiran kami melalui klinik ini.
Apa yang mereka lakukan bukan karena kami pasang baleho atau papan nama yang besar namun dengan karena tindakan nyata untuk menyapa mereka.
Klinik inipun bukan klinik yang besar, hebat dan luar baisa.
Namun klinik sederhana dengan keadaan yang sederhana pula.
Namun dalam kesederhanaan ini, kami sungguh boleh memiliki hati yang mendasari pelayanan ini sehingga mampu menyentuh hati mereka yang membutuhkan.
Dari sapaan, sentuhan dan persahabatan sebagai saudara, "krisis" boleh teratasi kerena hidup saling meneguhkan sebagai rekan seperjuangan.
Kami sadar apa yang kami lakukan melawan arus, dimana rumah sakit umum mulai menaikan tarif bahkan ada yang menaikan sampai 200%, kami hadir dalam pelayanan yang dapat dijangkau oleh banyak orang yang membutuhkan.
Memang klinik ini harus bekerja keras terutama setiap pribadi yang ada didalamnya, namun berkat bantuan dan pertolongan Allah semua dapat diatasi dengan baik.
Inilah yang perlu dalam menyelesaikan krisis saat ini.
Bergandeng tangan dalam penerimaan dan kepercayaan untuk memberi ruang lebih luas pada mereka yang tidak memiliki kesempatan dan peluang agar mereka boleh bangkit dari keadaan yang tidak mengenakkan ini.
Memang dalam perhitungan "matematika" dan perhituangan "logika" hal ini sulit dilakukan namun dalam terang pertolongan Tuhan semua apsti akan dapat diatasi.
Jika hal ini dikalukan dengan kesungguhan hati maka kehidupan akan menjadi sangat membahagiakan.
Tak ada kecurigaan, tak ada keserakahan dan tak ada perebutan ruang lignkup dan yang ada adalah sama-sama merasakan kebersamaan dalam cinta dan pelayanan.
Hidup sungguh membehagiakan jika berpangkal peda kebersamaan membangun cinta.
Kristus sungguh hadir disana dan hanya mengenakan kain lampin untuk memberikan contoh agar hidup kita tidak dikuasai oleh "keserakahan" dan hidup dalam kesederhaaan serta berani berbagi dari apa yang ada dimiliki.
Sungguh dalam Kristus yang ada hanya kekautan cinta untuk berbuat adil.
Jika cinta itu berjalan dengan keadilan maka keadilan akan bekembang karena cinta itu.
Cinta menjadi semakin harum dan keadilah semakin berkembang.
Sungguh Tuhan meneladankan kesederhanaan dan hidup dalam cinta yang penuh keadilan.
Tak ada yang tak mungkin jika hidup seperti hidup Tuhan sendiri.
Salam dalam cinta membangun dunia baru dalam kegembiraan dalam kebersamaan.
petrusp.

Senin, 02 Februari 2009

Saat

Saat hidup sedang ditolak, ingatlah waktu bayi Yesus ditolak hingga lahir di kandang hina.
Saat mengalami cobaan, ingatlah Yesus dicobai oleh iblis tetapi Ia tetap kuat sampai menghempaskan iblis dari hadapanNya.
Saat merasa mengapa hidup harus terus berusaha, ingatlah Yesus selalu pergi kemana saja untuk mewartakan kebaikan Allah.
Saat hidup merasa dikhianati, ingatlah Yesus pernah dikianati oleh muridNya.
Saat sakit dan menderita, ingatlahlah Yesus dicambuk dengan parahnya sampai tubuhNya dipenuhi dengan luka.
Saat sulit memaafkan, ingatlah Yesus yang memaafkan petrus yang menyangkalNya.
Saat merasa capek, lelah, bayangkan betapa capeknya Yesus memikul salib yang berat.
Saat hidup ditinggalkan orang yang dicintai, Ingatlah Yesus yang pernah ditinggalkan oleh Bapa waktu Ia disalibkan.
Saat menangis dan kesedihan melanda, sungguh Yesus hadir mendampingi hidup Sampeyan.
Saat ini Yesus ada didepan pintu hati sampeyan, Ia ingin masuk dan tinggal disana untuk mengkuatkan hidup Sampeyan.
Saat ini, bukalah pintu hati Sampeyan dan persilahkan Yesus masuk untuk menjadi rekan seperjuangan Sampeyan di dunia ini.
Salam dalam cinta untuk membangun dunia.