Rabu, 06 Agustus 2008

Domus Karitatis 10

Keadaan hidup bukan apa yang terjadi pada diri kita melainkan apa yang terjadi pada jiwa kita.
Jiwa yang sehat mampu memandang positip apa yang terjadi walaupun diri dalam keadaan yang tidak menguntungkan.
Tadi pagi selesai berdoa ada pesan yang masuk ke pijetan saya,
Bunyi pesan itu,"Pak tua, aku udah tidak di kute lagi, pindah ke denpasar, kok Tuhan tidak tolong aku ya. Banyak sekali pengeluaran sampai-sampai harus jual cincin kawin, hp dan barang-barang lain. Tapi Tuhan cuek aja, aku merasa Tuhan tidak menolongku. Aku jadi malas berdoa, padahal sebelum pindah aku rosario dan novena tapi tetap tidak ada jawaban".
Saya tidak bisa berbuat banyak menanggapi pesan yang masuk ke pijetan saya ini.
Hanya satu hal yang bisa saya lakukan yaitu menelepon rekan ini yang telah memberitahukan keadaannya yang seolah "menyedihkan" ini.
Sewaktu pijetan saya menyambung ke pijetannya, teman itu langsung cerita banyak sekali tentang apa yang dialaminya.
Ia merasa Tuhan sangat jauh dan tidak mendengarkan doa-doanya malah ia bercerita kalau di tempat barunya ini pengeluaran membengkak karena untuk urus "kipem" saja hampir dua ratus ribu rupian untuk dia dan suaminya, belum biaya lain-lain.
Dalam ceritanya, teman ini mengalami keputusasaan akan apa yang terjadi.
Tuhan serasa jauh dengan dirinya.
Saya hanya bisa mendengarkan keluh kesah teman ini.
Setelah teman ini selesai berbicara, giliran saya yang berbicara.
Pertama saya katakan," Benarkan Tuhan sudah tidak berpihak kepadamu?".
Tambah saya,"Kalau Tuhan tidak menolong, bagaiamana U dan suami U bisa sampai ditempat baru itu dan hidup sampai saat ini bahkan kita bisa bicara dalam telp ini".
Teman ini menajwab," Iya saya juga syukur pada Tuhan karena dalam keadaan sulit ini, saya dan suami tetap bisa mengerjakan sendirian tanpa teman dan sampai saat ini tidak punya hutang sedikitpun walaupun sudah menjual apa yang kami punyai".
Jawab saya,"itulah cinta Tuhan, Anda dan suami diberi kekuatan".
Ingat sms saya pagi tadi," Anda memerlukan Allah dalam hidup ini karena dalam Allah ada segalanya. Cinta, kekuatan dan semangat hidup ada dalam Allah. Pegang Allah dan bawa kedalam hati agar hidup terpenuhi".
Jawab teman itu," Iya, tetapi Tuhan kok sampai membuat aku demikian ini lho?".
"Ya bersyukurlah karena dengan demikian berarti Allah masih ada dan memberi kekuatan dalam diri Anda".
Lalu saya bercerita tentang kejadian yang saya alami pada hari minggu kemarin.
Kejadian ini tentang anak-anak yang kami kunjungi dengan bakti sosial kesehatan disana.
Saat saya bersama anak-anak ini,
Saya bercerita kepada mereka tetang perlunya semangat hidup dan tidak cepat putus asa akan apa yang terjadi dalam hidup ini.
Saya bercerita tentang sejarah KFC.
Saya tanyakan apakah pernah mengetahui tentang siapa orang pertama yang membuat ramuan KFC sehingga menjadi suskses sampai sekarang.
Ada anak yang bertanya KFC itu apa.
Saya menjawab," ayam yang digoreng dengan tepung kriuk-kriuk, apakan pernah makan?"
Ada anak menjawab,"belum, apakah KFC itu sama dengan Pizza, kalau Pizza pernah makan".
Saya jadi sedih mendengar cerita anak-anak ini, anak-anak ini yang belum makan yang namanya KFC ini dan saya tidak jadi menceritakan tentang KFC ini dan saya ganti dengan cerita Fores Gam, seorang anak yang dapat meraih cita-citanya walaupun mengalami kecacatan bahkan tumbuh sebagai anak yang memiliki semangat persaudaaraan yang tinggi dengan teman-temannya.
Anak-anak senang dengan cerita ini dan diakhir cerita ada anak yang bilang, "kak nanti kalau kesini dibawain kenang-kenangan ya".
Jawab saya,"kenang-keenangan apa?".
Jawab anak itu,"permen".
"Apa?, Permen?", saya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak itu.
Kenang-kenangan yang diharapkannya adalah "permen".
lalu saya berjanji untuk datang lagi guna mengantarkan permintaan anak-anak ini.
Hanya KFCnya tidak saya belikan kerena tentu akan mengeluarkan baiya yang bayak terutama untuk sekitar 150 anak.
Sungguh tidak dapat dipercaya.
Hanya dalam waktu 2 jam perjalanan dari denpasar, anak-anak belum pernah makan yang namanya KFC, atau mereka memang pernah makan tetapi tidak tahu kalau makanan itu bernama KFC.
Yang pasti kejujuran dan kepolosan anak-anak ini membangkitkan semangat dalam diri saya untuk bisa melakukan yang lebih bagi kehidupan ini.
Apalagi menyangkut sebuah permintaan kenang-kenangan yang hanya berupa,"permen".
Inilah hidup dalam Allah yang penuh kesederhanaan dan bukan hidup yang muluk-muluk sehingga tidak dapat digapai.
Hidup dalam kebersamaan dengan Allah adalah hidup yang penuh dengan cinta kasih, kerendaha hati dan semangat kemiskinan yang nampak dari hidup dalam kesederhanaan.
Beruntunglah orang yang hidup dalam cinta Allah karena segala perkara daapt ditanggung.
Allah tidak akan membiarkan orang beriman berjalan sendirian dalam menanggung beban hidup karena cintaNya akan menyertai sepanjang jalan.
Dengan hidup dalam kebersamaan dengan Allah ini hidup akan terpenuhi karena keinginan daging bukan menjadi prioritasnya.
Semua bisa digapai.
Inilah cerita yang saya ceritakan kepada teman ini dan saat ini saya ceritakan kepada Anda, semoga berguna pula.
Hidup harus bisa selalu bersyukur kepada Allah akan Apa yang telah diberikan.
Karena dengan bersyukur maka Jiwa kita akan selalu dalam kedamaiannNya yang mengagumkan.
Dalam perjalanan hidup, tidak harus ada kekawatiran, karena cinta Allah tidak berubah.
Semua akan berjalan sama seperti matahari akan tetap terbit dari arah timur dan tengggelam ke arah barat, hanya kadang ada awan yang menghalangi.
Semua tetap sama pada peredarannya.
Maka nikmatilah hidup ini dengan cinta dan sukacita walaupun kesulitan ada.
Ingatlah kita punya dunia sendiri yang berbeda dengan dunia orang lain, jangan membandingkan karena dengan membandingkan, hidup akan terjebak pada persaingan yang akhirnya menimbulkan kekecewaan dan kekawatiran.
Tetaplah tenang dalam keadaan hidup ini dan teruslah percaya kepada Allah akan apa yang terjadi dalam perjalanana hidup ini.
Teman saya hanya bilang," akan saya coba ya pak tua".
"Ok, tetapi jangan hanya di coba melainkan harus dihidupi dalam keberadaan sehari hari", jawab saya.
Sambung saya," saya paham dengan apa yang Anda alami karena saya pernah mengalaminya bahkan saya pernah sampai pada titik paling bawah dalam hidup ini".
Keyakinan kalau Allah tetap mencintai walaupun dunia membenci adalah kunci pertama yang diperlukan untuk bangkit dalam hidup ini.
Karena pintu rumah saya ada yang membuka maka saya cepat-cepat keluar kamar dan mengakhiri percakapan pagi ini dengan mengatakan kalsu saya akan mencari tempat barunya ini dan percakapan selesai. Lalu saya menemui tamu yang datang,
Mungkin Anda tahu tamu "macam" apa yang mencari saya pagi-pagi, ini urusan...... dimana saya diharapkan ikut menyelesaikan persoalan yang dihadapi tamu ini.
sunggguh hari ini menjadi hari yang "membahagiakan" sekaligus "meneydihkan" karena sejak pagi sudah berurusan dengan berbagai macam persoalah hidup yang menimpa orang lain tetapi saya dilibatkan kedalam permasalahan itu.
kegembiraanya adalah boleh menjadi bagian dari hdiup orang lain, kesedihannya adalah harus ikur menyelesaikan permasalahan hidup mereka.
Inilah panggilah kita di dunia ini yaitu menjadi bagian dari hidup orang lain dalam keadaan apapun, walaupun hanya bagian kecil saja.
Hidup bukan hanya milik diri sendiri tetapi milik orang lain dan kalau kita sudah sampai peda tahap ini maka hidup akan menjadi lebih berarti.
Jiwa akan selalu berbahagia walaupun diri dalam keadaan yang tidak mengenakkan.
Dengan keadaan ini maka Allah tidak akan merasa sia-sia telah menciptakan kita karena kita sungguh memiliki arti bagi kehidupan ini.
Untuk apa hidup ini kalau akhirnya hanya untuk mati? jawabannya adalah untuk menjadi bagian hidup orang lain terutama dalam hal berbagi cinta.
Semoga kita sungguh menjadi bagian orang lain sehingga hidup kita sungguh berarti sehingga keadaan apapun yang terjadi menjadi berkat bagi diri kita.
Jiwa kita akan semakin disempurnakan dalam keabaikan jika telah melakukan tindakan demikian
salam dalam cinta membangun dunai abru dengan keterliabtan apda keebradan orang lain.
petrusp.