Kamis, 30 Oktober 2008

Domus Karitatis 5

"Saat-saat terakhir selalu mendebarkan dalam setiap pertandingan karena kadang kejutan terjadi pada saat itu".
Maka jangan pernah lengah dalam hidup ini terutama saat-saat terakhir dalam setiap pergulatan hidup ini.
Malam itu ketika pintu klinik sudah kami mulai tutup karena jam sudah malam dan pasien yang antri masih banyak sehingga kami menolek pasien baru, ada keluarga yang datang menggendong anaknya dengan mengatakan kalau anaknya panas.
Antara kasihan dan ketegasan kami katakan kalau klinik sudah tutup tidak menerima pasien tetapi yang sakit adalah anak kecil maka kami memberikan kesempatan pasien ini untuk mendaftar dan sungguh mengejutkan karena kondisi anak ini sangat memprihatinkan.

Anak ini usia empat bulan dan kulitnya mengelupas seperti setelah tersiram air panas dan hal ini dikarenakan anak ini mengalami busung lapar.
Keputusan menerima anak ini untuk mendapatkan perawatan adalah keputusan yang tepat karena memang anak ini sangat membutuhkan perawatan.
Setelah diperiksa dokter, dokter menanyakan beberapa hal pada orang tua pasien ini sampai anak mengalami busung lapar dan keadaan yang demikian parah.
Orang tua menceritakan permulaan kejadian busung lapar ini dari pemberian susu lima kali sehari dengan jumlah setiap pemebrian hanya dua sendok karena tidak mampu beli susu dan juga banyak cerita lain karena ketidak berdayaan pada keadaan, orang tua juga menceritakan kalau anak ini dua minggu yang lalu dibawa pulang dari rumah sakit karena tidak memiliki biaya lagi.
Lalu kami membawa anak ini kembali ke rumah sakit dan ternyata pihak rumah sakit masih mengenali anak ini dan mengatakan kalau orang tua membawa pulang anak karena tidak memiliki biaya dan pihak rumah sakit malah menanyakan siapa yang akan membiaya anak ini kalau di rawat lagi.
Kami mengatakan kalau klinik kami yang akan membiayai.
Yang membuat saya rada marah adalah, "kok Rumah sakit memperbolehkan anak ini pulang karena alasan biaya sedangkan anak busung lapar memiliki jatah perawatan dari pemerintah?".

Setelah berjam-jam mengurusi anak ini sampai mendapatkan kamar, saya dengan bendahara klinik pulang dan meninggalkan uang untuk keperluan kalau ada obat yang perlu di tebus kepada orang tua anak ini. Legalah sudah hati ini karena boleh membawa anak ini kembali ke rumah sakit.

Malam berikutnya saya bersama dokter klinik kembali mengunjungi anak ini dan menanyakan keadaan anak pada perawat, syukur kepada Allah dokter kami ini lulusan udayana sehingga kenal dengan perawat karena waktu koas memang di rumah sakit ini, menurut perawat keadaan anak sudah sangat parah dan albumen anak hanya 0,9. Saya tidak tahu apa arti albumen ini katanya sih protein dalam tubuh. Kadar protein yang demikian rendah sehingga akan dimasukkan albumen dalam tubuh anak ini dan saya mengatakan setuju saja.

Setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit, Allah berbicara lain. Anak ini meningggal pada jam 04.00 dini hari. Saya yang tidak paham benar dengan keadaan Rumah sakit Sanglah akhirnya menelepon salah satu dokter residen di rumah sakit itu supaya mengantar saya untuk menemani saya mengnurus adminitrasi anak yang meninggal ini supaya bisa dibawa pulang dan syukur kepada Allah semua bisa berjalan lancar hingga anak dapat dibawa pulang ke kampung halaman oleh keluarga anak ini.

Semua berjalan dengan baik walaupun memang ada pemasalahan yang terjadi dan semua saya kembalikan kepada Allah sebagai pemilik dari semua rencana kehidupan ini.
Yang masih terus menjadi pemikiran saya adalah sikap Rumah sakit dalam menyikapi anak yang mengalami busung lapar.
Kok Rumah sakit tega membiarkan anak ini dibawa pulang paksa oleh orang tuanya karena ketiadaan biaya?.
Apakah Rumah sakit tidak bisa menyarankan jalan lain agar anak ini tetap bisa dirawat di Rumah sakit sedangkan anak busung lapar memang memiliki jatah dalam perawatanya.
Orang miskin memiliki jatah parawatan Rumah sakit terutama yang busung lapar.
Pihak Rumah sakit yang seolah lepas tangan membuat hati saya bergetar tidak karuan tetapi juga tidak berdaya karena tidak tahu prosesnya apalagi baru sekali menangani busung lapar di pulau nan indah bernama pulau dewata ini.
Keadaaan memang luar biasa berbeda.
Kalau pejabat pemerintah berbicara tetang penanganan orang kecil selalu memberikan kesejukan dengan angin segar yang seolah datang dari surga tetapi kenyataanya keadaan jauh berbeda dimana orang miskin tetap dibuat kepanasan untuk keadaan yang demikian ini.
Antara kebijakan dan praktiknya memang berbeda bahkan jauh berbeda.
Yang satu bicara ke jurusan kute nan indah mempesona, yang satunya lagi harus mengalami perjalanan satu ke jurusan karang asem yang panas penuh bukit gundul.
Inilah realita kehidupan orang kecil yang selalu menjdi korban kebijakan.
Saya tidak menyalahkan Rumah sakit karena memang mereka menuntuk balasan dari pelayanan yang dilakukan tetapi tidak bisakan pihak Rimah sakit memeberikan solusi dari permasalahan mereka ayng mengalami kesulitan terutama keluarga yang memiliki anak busung lapar ini sehingga anak tidak herus "mati konyol" karena tidak memiliki biaya untuk pengobatan.
Apalagi kalau lihat iklan "pnpm" mandiri yang selalu ditayangkan ditelevisi dimana ada program untuk anak busung lapar, hati saya menjadi lebih sedih karena ada anak busung lapar yang harus meninggal didepan mata saya.
Kami terlambat membantu karena keluarga ini baru ke klinik setelah anak ini panas dan tidak bisa berobat d rumah sakit.
Memang rumah anak inipun jauh dari klinik karena berasal dari Benoa sedangkan klinik di Denpasar.
Namun syukur kepada Allah kami boleh tetap memberikan pelayanan bahkan membawa anak ke rumah sakit sampai anak meninggal.
Andaikan malam itu kami menolak anak ini untuk berobat karena pasien sudah banyak dan klinik sudah tutup tentu penderitaan anak ini akan menjadi lebih parah, Syukurlah dalam saat-saat terahkir kami masih boleh berbagi cinta kepada anak ini.
Inilah saat Tuhan bekerja.
Saat dimana waktu menjadi sangat berarti dan saat yang kadang tidak diperhitungkan namun menjadi saat yang paling menentukan.
Maka janganlah menyelepekan saat-saat sekarang ini untuk mereka yang ada disekitar terutama untuk orang terdekat yang kita cintai.
Saat-saat demikikian tidak dapat kembali lagi kalau sudah lewat dan yang ada hanyalah penyesalan kalau telah terjadi.
Maka mulai memberikan hati pada mereka sebelum terlambat terutama pada masa sekarang adalah waktu yang paling efeftif dalam mewujudkan cinta.
Kami tentu akan kehilangan momen yang berharga yaitu tinggal bersama anak yang busung lapar ini andaikan kami menolak pada saat akan berobat di klinik ini dan karena Allah memperkenankan hati kami terbuka pada anak ini sehingga kami boleh merasakan kebersamaan ini.
Saat -saat yang indah dan istimewa boleh menjadi rekan terakhir anak ini di dunia apalagi kami boleh tetap berbagi cinta.
Sungguh menjadi saat berharga bersama Allah dalam cinta dan pelayanan.
Maka sekali lagi jangan membuang kesempatan untuk menggunakan waktu saat ini untuk menyapa semakin banyak orang dalam kehidupan ini karena kita tidak tahu kapan akan berakhir.
Mungkin saat itu adalah setelah Anda membaca tulisan ini atau besok atau lusa,
Kita tidak tahu saat-saat akhir ini maka lebih baik melakukan sekarang daripada besok atau tidak melakukan.
Semoga kita bisa mempunyai momen indah dalam saat-saat hidup sekarang ini tanpa menundanya karena banyak alasan.
Allah sudah menunggu disana untuk berbagi cinta pada kita saat ini, maka datanglah segera.
"Aku menunggumu dalam kehangatan kerahiman hatiKu, datangalah saat ini karena waktuKu tidak lama lagi".
Jangan buang kesempatan, bergegasalah mendatangi Allah dan bagikan cinta pada sesama.
salam dalam kebersamaan melakukan kebaikan saat ini karena kita tidak tahu saat-saat akhir akan tiba.
petrusp.
Doaku untuk seorang anak bernama samuel yang meninggal karena busunglapar beberapa hari yang lalu.