Rabu, 20 Mei 2009

Jalan kegembitaan 12

Tak ada peran kecil dalam hidup ini asalkan orang mau melakukan yang terbaik akan apa yang diembankan padanya.
Sungguh setiap peran yang dilakukan dengan baik dan penuh tanggung jawab akan menjadi pondasi yang kuat dalam membangun hidup ini.
Beberapa hari yang lalu, ketika saya bersama rekan jalan-jalan dan makan di warung sederhana di daerah kute, tak disangka-sangka pundak saya dipegang oleh tukang parkir.
Tukang parkir itu memakai kaca mata dan berkata,"pasti lupa dengan saya".
Saya langsung menjawab, "tidak, bapak kan orang sulawesi yang pernah berobat di klinik kami kan???".
"benar, kok masih ingat dengan saya", jawab bapak itu.
Sebenarnya saya sudah tidak mengenali bapak itu dan baru ingat ketika bapak itu bersuara.
Suaranya bapak itu khas "keras dan melengking tepat seperti suara tukang parkir".
Lalu setelah kami makan, kami ke bca di kute karena uang yang saya bawa memang minim sekali dan di bca itu ada tukang kebersihan yang menyapa saya dengan mengatakan,"pak dokter lagi ngapain disini".
Wah saya kaget karena dipanggil pak dokter.
Saya hanya senyum saja dan tukang kebersihan itu kembali menyapa saya," saya pernah berobat di klinik pak dokter di Yang Batu". (Yang Batu adalah banjar dimana klinik berada).
"oh, bapak pernah ke klinik kami?", sambung saya dan saya masuk ke atm bca setelah giliran saya masuk.
Sesampainya didepan rumah setelah belanja keperluan rumah, ada bapak-bapak yang lewat depan rumah dan menyapa saya," dari mas?",
"dari jalan-jalan pak", jawab saya
Sewaktu kami mengeluarkan barang belanjaan dari mobil ada tukang sampah yang menyapa saya," mas ada sampah tidak di rumah?"
Saya jawab, "tidak ada, sudah diambil pak Nade kemarin".
Teman saya menanggapi kejadian ini dengan satu kalimat," brud, temannya banyak ya. dimana-mana ada teman".
Jawab saya," Iya tapi temannya orang-orang kecil yang pernah berobat di klinik ini".
Kedekatan dengan mereka yang pernah ke klinik inilah yang membuat relasi terjadi.
Mungkin kalau hidup ini acuk tak acuh dengan mereka, mereka juga acuh tak acuh dengan kita.
Maka membangun relasi sedekat dan sebaik mungkin dengan orang lain tidak ada salahnya karena relasi dengan mereka pasti akan ada kebaikan di kemudian hari.
Memang relasi itu relasi antar kami pihak klinik dengan pasien dan mereka yang mengenal kita karena pernah sekali atau dua kali berobat.
Namun dengan adanya memori dalam diri mereka akan keberadaan kita, ini adalah sebuah keberuntungan karena hidup boleh memerankan peran dengan baik untuk membangun jembatan menuju kebaikan bersama.
Peran sekecil apapun jika dilakukan dengan baik akan memikiki daya kekuatan yang luar baisa.
Peran ini adalah sebuah kerelaan untuk mau terbuka pada keberadaan orang lain dalam hidup serta membongkar tembok "keegoisan" diri sehingga orang lain bisa merasakan peran hidup yang kita ambil.
Melakukan peran ini bukan hal sulit.
Hanya kemauan dan memiliki rasa tanggung jawab yang diperlukan,
Memang melakukan peran ini kadang harus mendobrak batas-batas "kesepakatan".
Ini seperti yang terjadi hari kemarin.
Hidup yang telah menyadari peran kehadirannya pasti akan memiliki kelonggaran untuk terlibat pada hidup orang lain pula.
Hari kemarin, pada saat klinik sudah hampir tutup, ada seorang ibu dengan suaminya yang berobat.
Karena jam sudah lewat waktu praktek maka pasien ini ditolak oleh tenaga adminitrasi yang kebetulan adalah seorang suster biarawati.
Eh, setelah di tolak pasien ini mencari saya dan mengatakan,"mas tolong suami saya mau berobat tapi sudah ditolak suster".
Saya keluar dan betapa terkejutnya karena bapak itu memegangi dadanya sambil "mengkis-mengkis" kesakitan.
Saya langsung meminta bapak itu masuk dan dokter yang melihat hal itu bertindak cepat karena bapak itu ternyata mengalami "anggina" (serangan jantung)
Dokter memanggil anak-anak koas agar membantu pasien itu.
Eh istri pasien itu malah menemui suster untuk daftar dan suster itu mengeluarkan kalimat yang memancing emosi saya.
Suara itu," obat-obatan sudah dimasukkan ke lemari dan waktu sudah tutup kok masih terima pasien".
Spontan saya jawab,"suster biar saya nanti yang urus obat".
Lalu suster itu pulang dan tidak pamitan pada kami dan "mungkin" tidak tahu dengan kasus bapak yang kena anggina itu.
Setelah pertolongan pertama maka pasien harus di bawa ke rumah sakit, eh ternyata tidak ada mobil dan taksi juga sulitnya bukan main dan ditengah kesulitan itu ada biarawan gereja berobat.
Biarawan itu ternyata hanya diam saja melihat kejadian itu dan sopirnya yang bilang,"tenang saya akan bantu" ternyata tidak bantu dan pulang dengan tenang menyaksikan kejadian itu.
Jenkel hati ini, "katanya membantu eh kok pergi dengan damai tidak membantu kesulitan pasien".
Kerena sulit mencari taksi akhiraya diputuskan naik moter saja.
Inilah yang harus dilakukan dalam menjalankan peran hidup ini.
Yaitu melakukan apa yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh disertai tanggung-jawab.
Jika peran dilakukan dengan baik maka kelanjutan dari perkembangan hidup juga akan berjalan dengan baik pula.
Terbuka pada kesempatan yang diberikan dalam membangun kebersaman dalam peran.
Pembangunan peran ini akan terjadi jika ada kemauan dan kerelaan untuk melakukan secara baik dan penuh tanggungjawab.
peran yang dilakukan demikian itu akan menolong mereka yang membutuhkan dan peran ini akan meberikan kebaikan pada kehidupan.
Namun sayang banyak orang melupakan peran dan hanya melakukan apa yang harus dilakukan dan membatasi diri pada peraturan dan kewajiban.
Orang tidak mau berpikir,berkreasi dan berinovasi dari paran yang diembankan padanya.
Akhirnya hanya apa yang ada didepan mata saja yang dilakukan setelah itu berhenti tanpa mau menengok apa yang bisa dilakukan.
Memang melakukan apa yang harus dilakukan menurut peraturan dan kewajiban adalah baik namun alangkah lebih baik jika orang mau mengembangkan apa yang harus dilakukan itu dengan hal yang lebih baik tanpa menyinggun keberadaan peran orang lain.
Peran akan berkembang dengan adanya kemauan untuk berpikir, berkreasi dan berinovasi.
Dengan peran yang disertai kemaunan untuk berpikir, berkreasi dan berinovasi maka peran itu akan menyentuh kehidupan ini dan menjadikan kebaikan bagi banyak orang.
Bukan hanya yang berkaitan dengan kita tapi mereka yang melihat keberadaan kita akan adanya peran itu.
Sungguh hal yang patut disayangkan karena banyak orang yang tidak mau mengembangkan peran itu.
Jangankan mengembangkan peran Lha kadang perannya saja tidak tahu.
Maka kenali peran dalam hidup ini, hidupi peran itu dan mengembangkannya maka peran itu akan memberikan efek luar baisa dalam dunia ini.
Peran sebagai apapun akan memberikan kebaikan jika dilakukan dengan kesungguhan dan penuh tanggung-jawab.
Semoga ditengah kesulitan dan krisis peran ini,
Kita boleh terus mengembangkan peran kita sehingga semakin menyentuh kehidupan ini dan memberikan kebaikan pada semua orang.
Tak ada yang tidak berguna kalau hidup telah melakukan peran dengan baik terutama peran dalam hubungan dengan orang lain.
Siapa yang memiliki kesetiaan pertama pada hdiup ini????.
Mereka adalah kaum yang terbelakang yang telah merasakan peran dari kehadiran kita.
Siapa yang menjadikan peran itu besar?
Diri sendiri dan orang sekitar yang merasakan peran itu.
Keberadaan kita menjadi nyata karena keberadaan orang lain.
Kita menjadi besar karena keberadaan orang lain.
Kita menjadi hebat karena keberadaan orang lain
dan kita berguna juga karena keberadaan orang lain.
memang hidup dan epran kita bukan karena orang lain tetapi orang lain memiliki andil dalam keberlangsungan hidup kita.
Tak ada orang yang mampu berkembang dan hidup sendiri karena hidup selalu berkaitan dengan orang lain
Semoga kita selalu ingat dengan orang lain dalam hidup ini dengan terus mengembangkan peran bagi kehidupan orang lain terutama kehidupan kita sendiri.
Salam dalam mrmbangun peran dengan cinta melalui kebersamaan .