Rabu, 06 Mei 2009

Jalan Kegembiraan 11

"Jika Allah mengunjungi hidup kita dan menawarkan akan satu hal istimewa dalam dunia ini, mintalah damai karena dalam kedamaian itu ada kekuatan untuk mengahadapi segala sesuatu yang terjadi dalam perjalanan hidup ini"
Dengan hati yang dipenuhi kedamaian maka segala hal akan terasa indah, memang damai itu adalah hal yang paling mahal dan paling sulit dicapai tapi ingatlah hanya damai yang diperlukan dalam kehidupan ini.
Beberapa hari ini, saya mendapatkan telp dari empat teman saya yang sedang mengalami permasalahan dalam hidupnya.
Masalah pertama yang dihadapi adalah berkaitan dengan "finansial" yang "amburadul" karena krisis ini dan dari masalah itu kelaurga mereka mulai mengalami "perpecahan" bahkan dua diantaranya sulit untuk dipertemukan dalam kebersamaan karena keadaan permasalahan finansial itu.
Setelah krisis finansial lalu krisis keuangan itu, mereka mulai mengalami krisis "kepercayaan" akan yang namanya Tuhan.
"benarkah Tuhan itu ada?", pertanyaan itulah yang dipertanyakan oleh rekan-rekan saya.
Bahkan satu rekan sampai pada titik "terburuk" dimana tak lagi bisa percaya dengan Tuhan apalagi setelah ia menceritakan permasalahnnya pada kelompok doanya dan imam yang mendampingi kelompok doa itu.
Rekan itu merasa mereka malah memperuncing permasalahan dan menjauhkan dirinya dengan kelaurga dan isterinya.
Sungguh hidup dalam kadaan yang sangat tidak menyenangkan.
Krisis kehidupan ini telah merambah pada krisis iman akan Allah yang adalah Tuhan kehidupan ini.
Saya pribadi tidak bisa memberikan solusi dari permasalahan yang terjadi dan saya hanya bisa mendengarkan serta memberikan saran yang mungkin sedikit berguna bagi mereka saran untuk sabar dan berdoa terus kepada Allah untuk meminta damai dalam menghadapi semua ini.
Saya selalu menceritakan pengalaman yang saya alami dimana saya juga pernah menanyakan "dimana Kau Tuhan pada saat saya mengalami masa gelap dalam hidup ini".
Setelah sekian lama baru kesabaran untuk mencari keberadaan Allah itu membuahkan hasil yaitu kesadaran kalau Allah memang ada dan selalu bersama dengan saya dalam masa gelap itu bahkan selalu mencurahkan rahmat kerendahan hati untuk melihat penyertaanNya yang tiada batas.
Ia tetap ada di sana dengan mengawasi apa yang saya alami dan merenda diri saya menjadi lebih dan lebih "berharga" adalah ketika saya sudah tidak memiliki apa-apa lagi.
Status, jabatan, kekuasaan. popularitas, uang dan "kekayaan" dan teman.
Semua seolah "hilang" dan hanya beberapa orang yang terus setia menjadi rekan dalam hidup yang penuh dengan "perjaungan karena banyaknya beban"
Saya sungguh menjadi orang yang "telanjang" seperti ketika dilahirkan tanpa memiliki apapun yang bisa dibanggakan kecuali satu yaitu "hidup" itu sendiri.
Namun dalam "kesendirian" dan satu kekayaan yang bernama "hidup", saya boleh menatap lebih indah akan arti kehidupan yang ternyata tidak dapat dirampas oleh orang lain dari diri saya.
Semakin saya terlelap dalam "kekosongan" dan "kemiskinan", saya menjadi kaya dalam kedamaian.
Bahkan saya sadar pertama saya di Bali ini, saya belum punya telepon rumah sehingga saya tidak bisa buka email namun setelah punya telepon dan bisa buka email dan menulis email ada kesulitan lain yang ditimbulkan yaitu harus membayar uang telepon setiap bulan.
Semakin hidup memiliki sesuatu maka hidup akan semakin dipusingkan oleh sesuatu itu.
Maka beruntunglah orang yang tidak memiliki banayk hal sehingga hidup masih tetap berjalan dengan penuh kedamaian karena tidak dibebani oleh banyak permasalahan dari apa yang dimiliki.
Jadi permasalahan yang ditimbulkan sebenarnya adalah karena banyaknya "hal" yang menempel dalam hidup seseorang.
Krisis finansial terjadi karena orang bergerak pada finansial itu sehingga ambisi untuk menjadi lebih dan lebih membuat orang terus mengejar dan mengorbankan banyak dan setelah krisis melanda dan ambisi yang harus dibayar ternyata tidak bisa membayar bahkan ada hutang dan hutang itu membuat keluarga "berantakan" dan setelah keluarga "berantakan" tanpa uang baru menyadari akan keperpihakan Allah dan menanyakan keberadaan Allah dan karena merasa Allah tidak ada maka orang mulai tidak mengimaniNya.
Inilah kenyataan hidup disekitar kita,
Jalan kegembiraan menjadi tertutup karena seolah jalan kegembiraan ada dalam kemudahan dan kegelimangan kekayaan.
Orang lupa bahwa jalan itu adalah jalan sempit yang harus ditempuh dengan meninggglakn beban dan menjadi diri sendiri secara utuh tanpa embel-embel dari apa yang melekat padanya.
Maka seharusnya "menurut pendapat saya", jalan kegembiraan itu semakin jelas dan dekat ketika orang mengalami krisis dan tetap mampu berdamai dengan dirinya walaupun telah ditinggalkan oleh banyak "hal" yang menempel padaNya.
Jika kesadaran ini ada pasti orang akan tetap bisa melihat campur tangan Allah dalam masalah yang dihadapi sehingga keretakan dalam kelurga bisa dihindari dan iman akan semakin tumbuh karena masalah itu semakin mendekarkan mereka sebagai pribadi yang sempurna dalam "kekosongan" tanpa embel-embel serta mereka bisa memulai berjalan dalam kebersamaan untuk menjalani komitmen dalam hidup bersama sebagai kelaurga.
Sekali lagi berani memulai dalam kekosongan untuk berjalan bersama menyongsong kebaikan dalam hidup berkeluarga..
Namun sayang, kadang "ambisi" dan "ego" yang lebih bermain sehingga orang malah menemukan jalan buntu dalam menghadapi krisis dan hidup semakin "amburadul".
Maka hanya dalam doa minta kedamaian kepada Allah adalah jalan yang tersedia bagi mereka yang hidup dalam krisis itu untuk mempertahankan hidupnya akan kelaurga, iman dan kebersamannya.
Sungguh jika doa ini dilakukan oleh mereka yang mengalami krisis dan oleh siapapun maka Allah pasti akan memberikan rasa damai itu dan hidup akan terasa lebih baik walaupun dalam keadaan yang penuh "perjuangan" yang tidak mudah dalam menjalani kehidupan setiap hari.
Ini contoh kecil yang saya alami.
Minggu kemarin kami melakukan pengobatan di laur, karena keadaan finansial kami sedang masa sulit, saya meminta dokter membawa mobil sendiri dan sebelum berangkat saya katakan,"non sampeyan beli bensin sendiri dulu ya karena uang saya baru mepet dan ini untuk makan siang".
Rekan dokter itu berkata,"bruder ngomong apa sih??? Ok, suamiku yang ganteng yang akan beli bensin".
Perjalanan dan pengobatan berjalan dengan lancar sampai semua pasien terlayani dengan baik.
Kejadian "kurang baik terjadi", dimana mobil yang tidak pernah mogok kok mogok dan tidak bisa jalan.
Suami dokter itu telp ke tempat servis auto 2000 karena baru sehari sebelum dipakai diservis di auto 2000.
Eh setelah dicoba nyala dan bisa jalan tapi jalannya hanya beberapa ratus meter mobil mogok lagi.
Suami dokter itu semakin "jengkel" dan kami hanya bisa diam saja di dalam mobil.
Lalu saya katakan, "kita cari tempat makan saja untuk menunggu orang bengkel", eh setelah itu mobil jalan dan sambil menyetir suami dokter itu menelepon pihak bengkel.
Tak berapa lama, Mobil mati lagi.
Panas, emosi bercampur pada kami dan tanpa banyak cing-cong saya bilang," kita harus memiliki damai di hati dan ayo doa dulu aja supaya mobil ini bisa jalan".
Selesai berdoa saya katakan," Ok, coba dihidupkan". eh selesai berdoa mobil nyala dan saya katakan,"mobil tidak akan mogok sebelum sampai rumah di denpasar".
Syukur kepada Allah mobil itu tidak mogok lagi bahkan sampai malam dimana mobil kami pakai untuk pergi makan bersama untuk mengganti makan siang yang tertunda karena selesai pengobatan belum makan bersama.
Dan baru hari ini mobil itu mogok lagi dan akhrinya harus masuk bengkel dan sekarang sudah waras lagi.
Ini cerita kecil saja yang mengingatkan kalau doa dan kedamaian akan memberikan kebaikan.
"Tuhan sunggun ada", dan IA sebenarnya seolah bisa diajak "berkompromi" untuk menyelesaikan masalah kita asalkan kita memiliki rasa damai dan mau berdoa kepadaNya.
Maka mintalah damai selalu di hati untuk menghadapi setiap permasalahan hidup ini.
Damai adalah kunci segalanya dalam hidup.
Jika damai itu ada maka kegembiraan dan kemudahan akan mengikutinya.
Maka dalam krisis apapun hiduplah dalam damai terutama damai pada diri sendiri dulu dan baru damai pada orang lain.
Jika damai ada maka Allahpun juga akan lebih mudah dirasakan kehadirannya
dan jika damai tidak ada serta yang ada hanya emosi dan ambisi maka Allahpun juga akan terasa jauh tidak tergapai sehingga hidup semakin kehilangan arah dan tujuan yang sebenarnya.
Semoga masa krisis dalam hidup yang dihadapi adalah masa permurnian akan kehadiran Allah dan masa kekosongan adalah masa untuk membiarkan Allah mengisi dengan kehadiranNya yang mengagumkan dengan banyak cara dan banyak rupa.
Jika Allah ada dan damai bersemayam dihati maka kita sebenarnya telah menjadi orang terkaya karena boleh lepas dari banyak ikatan yang membelenggu hidup kita.
Jika rumah terbakar maka kita boleh bebas melihat langit dan bintang-bintangnya dan cahaya rembulan boleh menyejukkan hati kita, maka jangan menyerah kalah dalam krisis ini tetapi mensyukuri krisis sebagai masa yang membuat kita lebih maju dan dekat denganNya.
Salam dalam cinta membangun dunia dengan menggapi damai yang berasal dari Allah.
petrusp