Jumat, 16 Oktober 2009

siapa yang mau dilahirkan sebagai sumebr kesialan??????

Janglah sekali-kali memandang orang lain sebagai penyebab kesialan kita
karena sebenarnya rasa sial hanya dimiliki oleh mereka yang tidak memiliki
iman dan kepercayaan bahwa yang terjadi adalah harus terjadi "seijin" Dia
yang empunya alur kehidupan ini.

Sungguh apa yang terjadi harus terjadi dan menjadi bahan refleksi dalam
hidup untuk semakin mensyukuri kehidupan ini dan semakin mencintai Dia.

Beberapa hari yang lalu saya akan bertemu dengan seseorang dan ada teman
yang meminta agar saya tidak bertemu dengan orang ini karena orang ini
memiliki "aura" yang tidak baik dan mendatangkan kesialah.

Teman saya ini mencontohkan rentetan kejadian yang terjadi termasuk mobil
yang ditabrak sewaktu di parkir di depan rumah dan kejadian seorang teman
lain yang membeli tiket dan karena"......." kode boking belum tersimpan
sedangkan harga tiket ini mencapai hampir 5jtan.

Teman mengatakan kalau "......" tiket ini karena kehadiran teman yang saya
temui yang dikatakan beraura "jelek" ini.

Jujur saya sedih dan juga "takut" dengan apa yang dikatakan teman ini
apalagi orang ini akan tinggal bersama saya beberapa hari dan tidur
dikamar saya.

Ketakutan saya membaut saya hati-hati dan selalu "mengikatkan" diri pada
Dia dalam doa-doa sepanjang kesempatan yang ada termasuk dalam tidur saya.

Tak akan saya biarkan ada waktu terluang tanpa doa kepada Allah.
termasuk lilin di depan patung bunda Maria di kamar saya ahrus tetap nyala
sebagai teman saya.

Saya sampai saat ini belum bisa menerima "kalau ada orang beraura jelek"
dalam kehidupannya.

Mengapa ada orang yang beraura "jelek" dan dipandang menibulkan
kesialan??????.

Benarkan Allah menciptakan orang sedemikian ini??????

Pikiran saya belum bisa menerima hal ini, karena saya memandang semua
orang baik termasuk "mereka" yang pernah menjegal, mengkhianati bahkan
"membunuh" karakter saya dengang "fitnah" yang membuat saya seolah tidak
berharga.

Saya berkeyakinan," apa yang harus terjadi akan tetap terjadi dan apa yang
terjadi adalah jalan untuk semakin dekat dengan Allah".

Apapaun itu entah "kesialan" ataupun "ketidaknyamanan" termasuk
"pengkhianatan", adalah kejadian yang memang berasal dari Allah yang akan
menjadikan saya lebih baik atau setidaknya lebih dewasa.

Dalam hidup,
Saya selalu yakin akan ada belokan dan setelah belokan itu akan ada
keindahan baru yang akan saya alami dan andaikan keadaan tidak seindah
jalan sebelumnya, maka saya harus tetap menikmati jalan setelah belokan
itu dan menciptkaan keindahan disana bersama Allah yang menciptakan
belokan itu.

Belokan harus terjadi dan akan terus terjadi.

Belokan ini bisa berupa hal yang tidak mengenakkan ataupun hal yang sangat
menyakitkan tetapi bersama Dia yang adalah perencana hidup maka semua akan
menjadi "baik".

Maka memandang orang atau kehadiran orang sebagai sumber kesialan adalah
masih belum bisa "nyantol" diotak orang kampung yang bodoh ini.

Rentetan peristiwa hidup yang harus terjadi adalah sebuah "skenario"
panjang yang memang diciptakan orang itu sendiri dalam "ijin" Dia yang
adalah empunya kehidupan ini.

Saya masih ingat dengan sebuah kata," suci dalam debu dan debu dalam suci".

Kalimat ini mengandung arti yang dalam.
Suci dalam debu berarti kesucian ini lebih kecil dan tinggal dalam "kolam"
debu yang amat banyak, sebanyak apapun debu, ia akan tetap suci selama ia
bisa menjaga keberadaanya itu dan tidak larut dalam debu itu atau menjadi
debu.

Sedangkan debu dalam suci adalah keberadaan debu yang sedikit dan kesucian
lebih besar dari debu ini.
Hal ini yang kadang lebih berbahaya karena debu itu menempel dan
menghapangi sinar kesucian kelaur dan orang biasanya hanya memadang
keberadaan debu ini, tetapi kesucian tetap ada kalau ia tidak hancur oleh
karena debu yang sedikti ini.

Sekali lagi debu entah banyak atau sedikit, asalkan orang tidak larus dan
hancur karena debu ini, ia adalah tetap suci dan Allah tahu hal ini
walaupun kadang dunia tidak melihatnya.

Maka selalu,"menjaga" diri tetap suci dalam keadaan apapun adalah penting
dan harus dalam hidup ini.

Kita tidak bisa "mengesampingkan" keberadaan debu ini tetapi kita bisa
"memurnikan" debu dalam diri kita ini dengan selalu menjabat erat tangan
Allah sebagai sumber kesucian dan pembersih kehidupan manusia.

Dengan selalu menjabat erat dengan Allah dengan relasi yang dalam, sekuat,
sebanyak dan setajam apapun debu maka debu tidak akan mengotori,
menhancurkan dan membinasakany, ia akan tetap menjadi dirinya yang adalah
"suci".

Kita tidak bisa mnghindari kehadiran orang lain dalam hidup ini termasuk
mereka yang beraura "jahat" atau "jelek", dan andaikan kita bisa
menghindarinya maka kapan kita bisa mengalami kehidupan mereka yang
dipandang beraura jelek atau jahat ini karena hanya dengan berani hadir
kita bisa mendalami keberadaan mereka serta kalau bisa menjadikan mereka
suci seeprti kita dalam hadiran Allah.

Sekali lagi dengan selalu menjabat erat tangan Allah dan bukan hidup dalam
kesombongan kalau diri mampu menghadapi kejahatan dan kejelekan aura orang
itu.

Hidup dengan Allah akan menjadikan hidup dipenuhi kekuatan dan menjadi
semakin baik dalam setiap harinya.

Mengandalkan Allah dalam setiap kesempatan dan keadaan untuk menajid kaut
dalam hidup setiap hari.

Ini adalah gerbang menjadi diri secara lebih penuh dan lebih berharga.

Maka memberi ruang lingkup kepada mereka yang dipandang beraura jelek dan
mendatangkan "kesialan" juga jalan kehdiupan menuju kebaikan Allah.

"semua kehidupan adalah setara, oleh karena itu mereka memiliki hak yang
setara untuk dihargai dan dicintai".

"Sungguh Allah ada dalam segalanya termasuk dalam diri mereka yang
dipandang beraura jelek dan mendatankan kesialan".

Sekali lagi diri kitalah yang utama dan bukan mereka yang datang pada kita.

Apapun yang datang kalau kita bisa menempatkan diri dalam "kesuican " dan
tinggal bersama Allah dan memandang Allah juga ada dalam diri mereka yang
hadir pada kita termasuk yang beraura "jelek" mendatangkan kesialan akan
menjadikan hidup lebih dipenuhi kebaikan dan kedamaian.

Saya yakin semua akan menjadi baik dalam rencana kebaikan Allah jika kita
dapat melakukan hal ini.

Tak ada kesialan yang diciptakan Allah dalam diri mereka yang
diciptakanNya, apalagi dalam diri mereka yang adalah "citra" Allah.

Saya memandang Yudas Iskaroit juga bukan sebuah kesialan, ia adalah alat
yang dipakai Allah ntuk memulaikan Dia dalam diri Yesus PutraNya.

Yudas juga adalah pribadi istimewa dalam hidup ini, hanya ia kebagian hal
yang kelihatan Tidak nyaman tapi dia adalah jalan bagi keselaamtan
manusia.
Peran Yudas adalah juga central dalam rencana keselamatan Allah.

Siapa yang mau dilahirkan sebagai Yudas?????
Atau dilahirkan dengan aura jelek dengan penuh mendatankan kesialan?????
Tidak ada yang mau dilahikan demikian.
Tapi mereka memang ada dan kita tidak bisa enhindari dan memingkirinya.

Semua ingin dilahirkan dalam keadaan baik dan dipandang baik,
Tapi akan ada orang yang dilahirkan dalam keadaan yang "tidak sesuai"
dengan yang dikehendaki tapi mereka yang dilahirkan dalam keadaan demikian
tidak selayaknya untuk dihindari apalagi dikucilkan.

Hidup harus berani menerima mereka yang "dipandang" miring oleh dunia ini,
apalagi kita yang menamakan diri sebagai anak-anak terang yang hidup dalam
Tuhan.

Kita harus bisa menerima mereka tanpa memandang "kejelekan" ataupun "
kesialan" yang ditimbulkan.
Kesialan bukan karena kehadiran mereka ini tapi karena kita sendiri yang
menciptakannya.

Jika kita tinggal dan hidup dalam Allah, kesialan akan terjadi tapi
selalau ada jalan untuk menyelesaikan kesialan itu karena Allah turut
campur dalam penyelesaian kesialan itu.

Sekali lagi "bukan" karena kehadiran mereka yang beraura jelek dan
mendatangkan kesialan tapi karena kita harus mengalami apa yang dipandang
sebagai "kesialan" itu karena Allah mengijinkannnya.

Semoga kita boleh tinggal dalam kesucian Allah dan boleh tetap hidup dalam
kesucian itu walaupun hidup sering mngalami apa yang dipandang sebagai
kesialan itu.

Saya sedih ketika ada orang memandan orang lain sebagai sumber kesialan
akrena saya mungkin juga dipandang sebagai sumber kesialan itu.

Pernah ada orang bilang pada saya kalau "aura" saya hitam dan ada
keburukan dalam diri saya.
Pertama saya sakit hati dan sedih tapi setelah saya pikir dan saya cerna
dalam hdiup ini, pendangan orang boleh demikian karena memang saya ini
hitam, tapi saya yakin Allah sanggup menjadikan saya lebih baik setiap
hari walaupun aura saya hitam.

Saya serahkan hidup saya yang beraura hitam ini dalam Allah dan saya
doakan setiap hari, walaupun aura saya hitam saya boleh hidup dalam
kebaikan.

Ternyata ia yang mengatakan aura saya hitam ini yang adalah seorang frater
dan ia sekarang hidup dalam"........" dengan perempuan yang bukan
isterinya.

Memang saya aura gelap tapi Allah adalah penerang saya, dan dari sana saya
boleh semakin dekat dengan mereka yang beraura "gelap" tapi mau tinggal
bersama Allah.

Maka untuk menghindari "kesialan" saya mengajak teman yang dipandang aura
"jelek" dan mendatangkan kesialan dengan adorasi tiap malam dan ternyata
semua boleh berjalan dengan baik.

Sungguh hal baik dan tidaknya orang ada dalam cara diri kita membawa diri.

Salam dalam cinta membangun dunia dengan memandan kesetaraan orang dan
berani menghargai dan mencintai mereka dalam kesetaraan pula.

Semoga dunia menjadi lebih baik walaupun ada kehadiran mereka yang
dipandang sabagai pangkal "kesialan".
petrusp.