Selasa, 02 September 2008

Rumah Cinta kasih 2

"Sungguh tidak mudah menangkap apa yang dikehendaki Allah dalam hidup ini, sehingga banyak orang jatuh pada pandangan sendiri akan apa yang terjadi sebagai kehendak Allah atas apa yang terjadi".
Sore ini selesai praktek klinik, saya bertanya pada dokter berkaitan dengan meninggalnya seseorang.
Dokter itu mengatakan masih berat jika mengingat apa yang terjadi pada orang yang meninggal itu karena orang itu tidak mau dirawat di rumah sakit.
lalu saya mengatakan," memang orang itu harus meninggal dengan cara demikian itu, jadi pak dokter tidak harus bersusah hati".
"benar tetapi saya menyesal mengapa tidak bisa memaksa orang itu untuk pergi ke rumah sakit", tambah dokter itu.
Lalu suster biarawati yang ada disamping dokter itu berkata," orang itu meninggal karena kehendak Allah, jadi dokter tidak usah menyesalinya".
Saya yang bodoh ini menjawab," saya rasa hal ini 'mungkin' bukan kehendak Allah karena Allah pasti menghendaki orang itu sembuh jika ia mau dirawat dirumah sakit atau setidaknya meninggal setelah mendapatkan perawatan".
Suster itu lalu cemberut dengan saya karena memang ia kurang suka dengan saya yang sering ceplas-ceplos berbicara terutama jika menenggapi hal yang tidak sesuai dengan hati saya.
Mengenai meninggalnya orang ini, memang ini harus terjadi yaitu meninggal tetapi "kemungkinan" bukan kehendak Allah tetapi kehendak orang itu sendiri karena tidak mau dirawat di rumah sakit.
Saya tidak terima kalau Allah dijadikan kambing hitam penyebab orang itu meninggal sedangkan "mungkin" masih ada kemungkinan sembuh adaikan ada perawatan di rumah sakit.
Lain ceritanya kalau orang itu sudah berusaha ke rumah sakit dan diobati dengan segala upaya dan akhirnya meningal.
Jadi buka karena kesalahanya sendiri,.
Alangkah menyedihkan kalau apa-apa yang terjadi terus dikatakan sebagai kehendak Allah.
Sepengetahuan saya, Allah menghendaki kebaikan, sukacita dan kegembiraan bukan kematian seperti yang dialami oleh orang ini.
Memang pandangan saya cukup berbeda dengan pandangan orang lain terutama tetang "kehendak Allah ini".
Saya tidak bisa terima dengan mudah kalau Allah yang saya cintai itu hanya sebagai pemanis mulut dan sebagai kambing hitam yang harus "bertanggungjawab" karena hal yang sebenarnya tidak dikehendakiNya.
Kesalahan dan ketololah manusia tidak sepantasnya menjadi tanggung jawab Allah.
Allah memang memiliki kuasa untuk semuanya tetapi bukan kuasa untuk berbuat sesukaNya termasuk mencabut nyawa seseorang terutama yang sudah tidak mau memelihara dan menjaga nyawa yang dianugerahkanNya dengan baik terutama karena keteledoran.
Lalu apa bedanya orang yang sakit yang sebenarnya memiliki kemamuan sembuh tetapi tidak mau berobat dengan seorang miskin yang berobat saja tidak mampu jika mereka sama-sama meninggal?
Apakah semua menjadi tanggung jawab Allah.
Bukankah orang pertama ini yang tidak mau mengusahakan kebaikan bagi dirinya sehinggga harus meninggal yang telah menyia-nyaikan kesempatan untuk hidup lebih lagi.
Bagaimana orang pilek yang tidak mau berobat atau berusaha melawan melawan pileknya dan menyalahkan Allah dengan mengatakan kalau pileknya ini adalah kehendak Allah ?
Aneh.
Ini sangat tidak masuh akal terutama dibenak orang yang bodoh ini.
Cerita ini saya tuliskan untuk Anda agar Anda tidak terjatuh pada pandangan bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah ?
Allah memang menghendaki semua hal tetapi tidak menghendaki ketotolan dan kecerobaohan yang mengakibatkan kematian.
Sama seperti aborsi dan eutanasia.
Kematian memang kehendak Allah tetapi cara kematian yang tidak sesuai "hakekat' dan "kebenaran" tentu bukan kehendak Allah tetapi kehendak manusia.
Mengapa gereja masih menjunjung tinggi kehidupan karena Allah menghendaki kehidupan ini terus berlangsung dan bukan dirampas dan dihancurkan.
Allah telah menyediakan banyak sarana dan cara untuk kebaikan manusia dan jika mansuia sendiri yang tidak mau memakainya jadi bukan salah Allah kalau ada ketidaknyamanan pada manusia.
Salah siapa tidak mau naik mobil kalau disediakan mobil grastis?
Atau salah siapa jika orang kelaparan sedangkan ada makanan disiapkan gratis ?
Apakah salah Allah dan menghendaki demikian atau karena ketotolan orang itu sendiri.
Berhati-hatilah dalam mengatakan "kehendak Allah " dalam kehidupan ini.
Karena Allah tidak harus bertanggunjawab dengan semua hal yang terjadi dalam diri kita terutama karena ketololan kita.
Ia memang menghendaki kalau semua orang pasti mati dengan cara yang bebeda tetapi bukan cara konyol karena kebodohan manusia.
Memang semua ini harus terjadi tetapi bukan semua yang terjadi adalah kehendak Allah.
Semoga kita diberi penerang hati sehingga selalu bisa menangkap kehendak Allah dalam hidup ini sehingga semua menjadi baik,
Kehendak Allah adalah damai, sukacita dan keselamatan yang menghantar semua orang pada kegembiraan surga.
Salam dalam cinta dengan hidup dalam kehendak Allah.
petrusp.