Senin, 23 Februari 2009

Jalan Kegembiraan 5

Beberapa hari yang lalu ada pesta besar di keuskupan Denpasar yaitu tahbisan uskup.
Tahbisan ini berjalan lancar dan syukur kepada Allah saya boleh duduk didalam gereja walaupun di balkon dan secara "tidak langsung" tidak bisa melihat "prosesi" tahbisan ini karena disamping di balkon juga duduk di belakang karena bagian depan telah diisi oleh para donatus kelas ".........".
Untuk tamu undangan dan donatur kelas "kakap" duduk di bawah dan langsung bisa menyaksikan "prosesi" tahbisan uskup baru.
Setidaknya saya lebih beruntung karena boleh ada di dalam gereja dibanding umat lain yang berjubel di luar gereja.
Saya tidak tahu dengan pengaturan yang demikian karena memang inilah yang terjadi dalam "prosesi" tahbisan uskup ini.
Selama "prosesi" tahbisan, saya hanya bisa mendengarkan karena televisi yang ada didepan telah tertutupi oleh umat yang ada didepan ayng cenderung berdiri untuk melihat prosesi lansung daripada melihat dari dari televisi.
Setelah selesai misa dan prosesi tahbisan, saya yang dari awal membawa kamera belum bisa mengambil gambar satupun akhirnya setelah prosesi selesai saya maju ke depan untuk mengambil gambar altar serta barisan para uskup yang masih duduk di altar.
Sewaktu saya sedang akan mau menjepretkan kamera, saya ditepuk dari belakang oleh seorang Ibu dan Ibu itu menarik tangan saya agar tidak menghapangi pandangannya dengan mengtarakan," minggir".
Saya langsung memandangi Ibu itu dan spontan berbicara," saya hanya akan ambil gambar altar saja".
Ibu itu malam memelototi saya dan mengatakan,"minggir".
Saya jadi sedih dan tidak jadi ambil gambar.
Inilah nasib orang kecil.
Mau ambil gambar sekali saja sudah ditegur dan diplotosi karena dirasa menggangu.
Ibu ini yang dari awal bisa menyaksikan "prosesi" dan secara menyeluruh menghalangi umat yang dibelangnya ternyata setelah "prosesipun" masih merasa kurang serta dengan kasar mengusir orang yang hanya sekedar akan mengambil foto.
Hidup memang tidak mengenakkan bagi mereka yang kecil dan tidak memiliki "kuasa" dalam dunia ini.
Gambaran keserakahan ada dalam diri "orang" yang sulit berbagi "kesempatan" bagi orang lain dan semua hal dimonopoli sendiri.
Saya yakin kesedihan saya ini juga dialami oleh mereka yang "tidak" diperhatikan oleh dunia ini dan cenderung "ditolak"
Kesedihan karena dihapus dan dihilangkannya kesempatan untuk mendapatkan apa yang terbaik walaupun hanya sedikit sekali.
Bukan karena tidak mau berusaha namun karena dihalangi.
Jika nekat maka akan terjadi sebuah permasalahan dan akhirnya yang kuat dan berkusa pula yang akan menang.
Hanya diam yang bisa dilakukan dengan perasaan "gondok" sampai diubun -ubun.
Hidup memang "sepertinya" tidak adil.
Banyak orang bilang, "orang susah dan miskin karena mereka malas".
benarkan karena malas ?
Mungkin benar tapi mungkin juga tidak.
Saya tidak malas dan saya berusaha maju untuk mengambil foto altar dengan para uskup yang ada disana namun karena menghalangi Ibu itu saya ditarik dan diplototi karena menghalangi pandanganya yang mungkin hanya sebentar saja.
Ini karena bukan malas tapi karena dihalangi untuk tidak dapat mengambil kesempatan.
Jadi orang kecil selalu dipojokan.
Apapun usaha yang dilakukan kalau berbenturan dengan mereka yang memiliki kuasa lebih pasti akan selalu mendapatkan hambatan bahkan dicekik hingga orang tidak dapat bernafas.
Hal ini terjadi pula dalam kehidupan nyata.
Tadi siang ketika saya menonton televisi, ada seorang perempuan yang diperkosa dan dirampok hingga stress didaerah Pamulang namun perempuan ini tidak mendapatkan pertolongan baik dari aparat maupun dari pihak puskesmas dan rumah sakit karena dikatakan bukan warganya dan tidak memiliki identitas.
Apakah hanya yang memiliki identitas yang harus diperlakukan sebagai manusia dan memperoleh penanganan? termasuk penanganan pihak pemerintah.
Demikianlah keadaan pelayanan di negeri ini?
Sungguh malang mereka yang hidup dalam kekurangn dan ketidak berdayaan.
Panggilan untuk terlibat bagi orang lain terutama ayng kecil dan terbuang sudah luntur dalam kehidupan ini.
Bukan hanya kehidupan pemerintah tapi kehidupan menggerejapun juga demikian.
Mereka yang kecil selalu ditempatkan pada tempat yang jauh dijangkau.
Hanya mereka yang memiliki kuasa dan andil yang diistimewakan.
Saya yakin kalau Yesus ada dalam setiap perayaan dan pergumulan kehidupan ini, IA pasti akan ada bersama orang kecil dan bahkan dalam acara tahbisan uskuppun IA akan ada diluar gereja di tenda bersama umat yang tidak bisa masuk gereja.
Mengapa hal ini yang menjadi pilihan Yesus ?
Karena Yesus datang untuk mereka yang tidak memiliki "kekausaan" dan hidup tidak diperhatikan.
Maka jalan utama yang paling mendekatkan diri pada kristus adalah jalan keterlibatan pada yang kecil dan tidak diperhatikan.
Melalui jalan ini kesempatan bertemu dengan Yesus akan lebih mudah.
Saya sendiri yang ada dalam gereja ternyata tidak bisa melihat prosesi tahbisan uskup karena terhalang oleh emreka yang didepan dan akan menmbil satu gambarpun mendapatkan teguran dan plototan mata.
Mungkin kalau saya diluar, saya malah bisa melihat televisi karena semua umat duduk dan jarang ada yang berdiri karena prosesi juga tidak akan kelihatan walaupun berdiri sehinga salah satu jalan ya hanyalah duduk nonton di televisi secara bersama-sama.
Semoga jalan kegembiraan yang telah Allah berikan dalam diri kita dalam keterlibatan pada orang kecil itu tumbuh, berkembang, berbuah dan dapat dirasakan oleh banyak orang.
Panggilan kita adalah panggilan untuk menjadi jalan kegembiraan bagi banyak orang tanpa menghalangi siapa saja yang ingin bertemu dengan Tuhan.
Salam dalam cinta membangun dunia baru untuk terlibat dalam memberi ruang pada orang lain untuk memiliki kesempatan yang sama dalam merasakan kehadiran Tuhan.
Berdoalah untuk kami agar rumah kami boleh menjadi ruang bagi siapa saja yang ingin memperoleh sapaan dan cinta dari Tuhan melalui karya kecil dan sederhana ini dan doakan dimana kami hari ini boleh membantu ibu dari keluarga miskin yang memiliki bayi kembar sehingga harus ditangani secara serius.
Salam dalam cinta untuk terlibat dalam kehidupan ini.
petrusp.