Senin, 15 Juni 2009

Misteri Ilahi 2

Misa hari minggu yang menyenangkan dan bermakna.
Sore ini, saya bahagia sekali waktu mengikuti misa di gereja,
Disamping misanya sendiri, saya bertemu dengan anak-anak SMP dari semarang mereka dari sekolah milik suster PI di kebon dalem.
Sewaktu saya masuk gereja.
tempat duduk penuh dengan anak-anak dan saya duduk diantara mereka.
Dalam misa itulah saya sesekali bicara dengan mereka.
Sebuah perasaan bahagia setelah lebih dari 1 tahun tidak bertemu dengan anak-anak, saat ini bisa duduk dengan mereka dan sedikit berbicara dengan mereka.
Sewaktu Romo Kotbah, mungkin karena capek seorang anak yang duduk dibelakang saya tertidur dengan posisi yang lucu, sayang saya tidak membawa kamera jadi tidak bisa mengabadikannya.
Saya tidak berbaut apa-apa pada anak itu, eh pas salam damai anak itu mencium tangan saya dan meminta maaf karena tertisur sambil mengatakan kalimat," maaf ya pak saya tertidur".
Saya kaget dengan apa yang dilakukan anak itu karena saya bukan apa-apa anak itu.
Apa yang terjadi hingga anak itu begitu dekat dengan saya yang belum pernah ketemu dan hanya dalam misa ini ketemu bahkan anak inipun tidur sehingga saya tidak melakukan apa-apa pada anak ini.
Sebuah pengalaman yang "menyentuh" hati dan saya katakan pada anak itu," minta maaf pada romo karena kamu tidak mendengarkan kotbah romo".
Salam damai adalah salam yang menyentuh jiwa karena memang kedamaian adalah harapan semua orang.
Anak itu ingin damai maka ia meminta maaf dan mencium tangan saya walaupun saya tidak "mengambil" peran apa-apa pada anak itu.
Usaha damai bisa dilakukan dengan siapa saja dan divisualkan pada orang sekitar sebagai perwujudan minta maaf agar hidup menjadi sah dan hati boleh berdamai.
Berani mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah tindakan yang luar biasa dan hal ini terjadi pada anak yang tidur itu.
dengan meminta maaf yang disaksikan oleh teman-temannya, hal ini akan menjadi peneguhan padanya sebagai orang yang telah mengaku kesalahan.
disamping kejadian anak ini, ada kejadian yang juga membuat saya tertawa karena celetukan anak menanggapi kotbah romo.
Sewaktu romo mengatakan," siapa yang merasa tidak berdosa silahkan berdiri angkat tangan dan tinggalkan gereja karena gereja adalah tempat orang berdosa".
Eh ada anak nyeletuk," Romonya sendiri yang berdiri dan angkat tangan mengapa romo tidak meninggalkan gereja".
Saya tertawa dengan celetukan anak itu.
Saya bilang," Itulah manusia, mereka tidak kadang tidak menyadari apa yang dikatakan dan dikalukan".
Jawab anak itu," iya, kalau romonya pergi kan misanya bisa cepat selesai".
Saya tambah tertawa dengan jawaban anak ini.
Saya gak tahu anak ini bilang demikian karena kritis atau karena "jengkel" karena kotbahnya lama dan tidak menarik.
yang pasti ada satu hal istimewa yaitu seperti apa yang dilakukan oleh romo itu.
Ia mengatakan yang tidak berdosa silahkan berdiri, angkat tangan dan meninggalkan gereja eh romonya kan berdiri sendiri dan romo juga mengangkat tangan memberi contoh tetapi kok tidak meninggalkan gereja.
Tak ada komitmen dari apa yang dikatakn oleh romo itu.
Ia hanya bicara dan ia tidak melakukan hal yang paling utama.
Ia berdiri, angkat tangan tapi tidak mau meninggalkan gereja.
Keteladanan yang tidak bisa diteladani, pengajaran yang tidak layak ditiru.
"maaf' kalau andaikan romo itu tepat dalam pemilihan contoh tentu tidak mendapat celetukan anak kelas dua smp.
Maka dalam hidup orang diharapkan berhati-hati dalam berbicara dan bertindak karena selalu dilihat dan diawasi oleh orang lain termasuk oleh anak kecil.
Sikap kritis anak ini bisa menjadi pelajaran agar orang bisa semakin mencapai kesempurnaan seperti Tuhan sendiri yang sempurna dan selalu penuh dengan "komitmen" dengan apa yang dikatakan.
Memang kalau romo itu kelaur tentu misa tidak akan berjalan dengan baik dan akan mengakibatkan banyak ketidakjelasan tapi
seharusnya Romo lebih berhati-hati dalam mengambil contoh dari apa yang akan dia bawakan dan dia lakukan dalam misa itu.
Dua hal yang bertolak belakang.
Anak yang tertidur berani mengakui diri dengan meminta maaf dan mencium tangan sebagai komitmen dari apa yang dilakukan sedangkah
romo itu tidak melakukan dari apa yang dikatakan dan dilakukannya.
Dua buah kutup berbeda yang terjadi dalam hidup,
Orang kecil biasanya mudah dalam melakukan rekonsiliasi karena menyadadi apa yang dilakukan sedangkan mereka yang merasa "besar" berwewenang merasa benar dari apa yang dilakukan yang sebenarnya adalah kesalahan.
Semoga kita bisa belajar dari kejadian kecil ini bahwa hidup kita dalam "penilaian" orang dan ini memerlukan sebuah kehati-hatian dalam berbicara dan bertindak.
Semoga kita menjadi cermin dari kebenaran dan kebaikan sehingga siapapun yang merasakan kehadiran kita dapat merasakan kehadiran Allah dan menjadikan kerinduan orang untuk bertemu dengan Allah melalui kita.
Salam dalam hidup dalam kebaikan dan kebenaran Allah.
petrusp.