Jumat, 03 Juli 2009

Misteri Illahi 5

Setiap orang dapat menentukan dirinya sendiri.
Menjadi apa mereka??? dan bertindak bagaimana mereka???
"kita dapat membawa hidup kita kemana saja kita kehedaki".
Inilah pepatah yang mungkin tepat untuk diri kita.
Pepatah gerak langkah kita yang sesuai dengan apa yang kita kehendaki.
Dalam keadaan sulit dan keadaan apapun kita dapat melakukan apa yang kita pandang paling baik bagi kita.
Kita mau cuek dengan keadaan orang lain, kita mau diam saja melihat dengan tidak melakukan apa-apa atas hidup orang lain atau kita mau terlibat pada kesulitan orang lain ada pada keputusan diri kita sendiri.
Kita sendirilah yang dapat menentukannya keputusan apa yang akan kita ambil.
Seperti apa yang saya alami dalam hari-hari ini.
Saya sebagai pribadi bebas menentukan apa yang bisa saya ambil dalam menyikapi keadaan yang terjadi.
Saya bisa hanya melakukan sebatas tangungjawab atau keterlibatan penuh adalah pilihan hidup saya.
Kemarin sore dan sore ini ada kejadian yang luar biasa hebat di klinik kami yaitu pasien yang "pingsan" karena sakit "parah".
Kemarin sore ada seorang bapak yang muntah-muntah dan tubuhnya loyo tinggal "ndeprok" saja dan hal ini mengundang kekawatiran sehingga harus dibawa ke rumah sakit.
Sebenarnya kewajiban saya sebagai pribadi "cukup" mengantar pasien sampai ke rumah sakit.
Namun karena merasa memiliki "tangung jawab" saya menungui bapak itu dan benar ternyata bapak itu tidak cepat ditangani oleh dokter dan hanya ditanya "kiri kanan" oleh perawat, bahkan perawat itu dengan santainya kadang menerima telp sambil menanyai pasien.
Karena "kemropok" saya bilang,"hp memang penggangu dalam bekerja".
Pasien yang dalam keadaan "payah" harus menjawab dan menceritakan riwayat kejadian sampai mengalami keadaan ini tanpa penanganan dengan baik.
Pasien menceritakan riwayat keadaan dan menjadi semakin parah setelah minum obat merek "........" perawat itu malah menyalahkan bapak karena minum obat itu.
Saya yang ada ditempat itu rada "panas" dan langsung menyahut perawat itu," pak beliau minum obat itu sudah rutin tiap hari karena memiliki riwayat darah tinggi jadi bukan masalah obat".
Perawat itu bilang,"tapi obat ini berat seharusnya minum obat....."
Untung pasien menjawab," saya kalau minum obat itu..... mengangu kelamin saya jadi saya diberi oleh dokter mass ini obat......".
Baru perawat diam saja.
Jujur saya jengkel karena pasien tidak ditangani malah disalahkan karena minum obat yang biasa diminum tiap hari.
Dan setelah terjadi "perdebatan" antara saya dan perawat itu baru bapak itu ditangani karena dokter baru datang.
"UGD kok gaka da dokternya", pikir saya malah adanya perawat dodok.
Setelah beres saya meninggalkan bapak itu dan pulang dengan perasan jengkel pada perawat itu.
Sesampainya di klinik saya cerita pada dokter klinik apa yang terjadi, dokter klinik malah marah dan bilang "kurang ajar, kok bicara begitu dengan pasien, ini menyalahi kode etik penanganan pasien".
Dokter klinik tanya," brud, itu dokter atau perawat".
Saya jawab,"perawat karena belum ada dokternya".
"dasar perawat bego", sambung dokter klinik.
"kalau ada saya, saya maki-maki perawat itu kok sok tahu saja", sambung dokter yang memang menangani pasien bapak ini.
Kejadian di rumah sakit itu ternyata terulang kembali tapi tidak separah kemarian.
Malam ini ada pasein yang demam tinggi dan dokter klinik mengatakan ini kemungkian DB, ini kelihatan dari "pecahnya pembuluh darah di kulit". (saya lupa) dan pasien sudah lemah sekali tidak bisa jalan.
Maka dokter meminta saya cepat-cepat membawa pasien ke rumah sakit.
"Wah gak ada mobil, pakai motor aja bisa dok", jawab saya.
"iya pakai motor saja sambil dipegangi dari belakang", jawab dokter kami.
Saya langsung tancap gas membawa pasien ke rumah sakit seperti pembalap tanpa helm karena tergesa-gesa.
Sesampainya di rumah sakit.
Syukur ada dokter jaga tidak seperti kemarin malam.
Saya bilang ke dokter," pak tolong ini ditangani segera karena keadaan sudah parah".
Dokter jaga itu memeriksa dan saya bilang," kalau bisa cepat diinfus karena kalau terlambat dokter klinik tadi bilang bisa bahaya".
Dokter bilang,"klinik apa?"
"klinik saya", jawab saya sambil memegangi pasien yang menggigil.
dokter masih menanyai pasien itu dan karena tak sabar, saya bilang sepertinya DB dok menurut dokter karena tanda -tandanya udah kelihatan di lengan dan tubuhnya,
Setelah dokter membuka lengan jaket pasien dokter langsung bilang,"lho udah parah ini, cepat diinfus dan ambil darahnya" pinta pada perawatnya.
Setelah diinfus baru anamnese dilakukan dan saya menjadi lebih tenang.
Setelah diperiksa "ini-itu" dokter memberikan resep.
Teman pasien diam saja dan tidak menebus resep itu mska saya minta resep dan saya tebus obat di apotik.
Setelah menebus resep dengan harga yang lumayan mahal termasuk infus cadangan, saya kembali ke ruang penanganan pasien itu.
Pikiran saya menjadi kacau melihat keadaan ini,"Siapa yang bertangung jawab pada pasien ini kok saya yang urus beli obat belikan minum bahkan sampai mencarikan pipet untuk minum pasien ini".
Sambung saya," saya kan cukup mengantarkan ke rumah sakit saja cukup, kok saya sekarang yang repot??".
Pikiran itu memenuhi diri saya dan dalam keadaan demikian saya menyadari diri.
"andaikan saya yang sakit, siapa yang mengurusi sedangkan saya seperti pasien ini tidak punya siapa-siapa di bali ini, pasti rekan-rekan dan dokter klinik yang akan mengurus saya jadi merekalah saudara saya yang akan memperhatikan kalau saya mengalami apa-apa dalam hdiup ini".
Hidup sendiri tanpa saudara memang bukan sesuatu yang mudah, apalagi dalam keadaan yang tidak punya apa-apa.
Saya yakin teman dari pasien itu hanya diam ketika terima resep bukan karena tidak bisa berbuat apa-apa tapi tentu faktor "lain" yang menjadi masalah karena harus menebus resep ke apotik untuk pasien.
Saya juga yakin apotik tidak akan dengan mudah memberikan obat kalau tidak ada jaminan akan siapa yang akan membayar obat itu sedangkan saudara atau bos dari pasien ini belum datang.
Apakah jika obat belum ditebus maka pasien tidak diberi perawatan dan pengobatan?
saya tidak tahu, yang pasti mereka hanya akan melakukan menurut standar keberadaan saja dan bila obat belum ada maka penangan sebatas apa yang bisa dilakukan.
Inilah hidup hidup orang kecil selalu mendapat bagian yang kecil pula.
Setelah penanganan dan pemberian obat telah dilakukan serta kamar dipilihkan untuk pasien yaitu kamar yang sederhana, barulah Bos pasien itu datang.
Bos pasien itupun hanya diam dan tanya-tanya keadaan serta tak berapa lama menelepon saudara dari pasien itu.
Andaikan orang-orang itu bertindak hanya berdasarkan tanggungjawabnya saja maka pasien pasti akan "lewat" tanpa memperoleh kesempatan menjadi lebih baik.
Maka dalam hidup diperlukan keberanian untuk maju melakukan apa yang terbaik demi keselamatan mereka yang mebutuhkan.
Standar penanganan harus ditingkatkan pada tangungjawab untuk menyelamatkan sampai tuntas bahkan keberanian untuk menembus batas-batas aturan demi kebaikan dan menjunjung martabat kehidupan.
Dokter hanya sebatas melakukan kewajiban sebagai dokter, teman hanya melakukan kewajibans sebagai teman, bos hanya melakukan kewajiban sebatas Bos dalam stuktural dan saudara hanya melakukan kewajiban sebagai saudara dan jika hanya sebatas kewajiban bahkan melempar tanggung jawab maka kehidupan ini hanya akan bergerak kerena kewajiban dimana "belas kasih" dan cinta menjujung kehidupan terlupakan karena tertutup oleh sebatas kewajiban belaka.
Jika saya telah melakukan kewajiban saya maka selesailah sudah.
Apakah kehidupan hanya sebatas kewajiban???
Tentulah tidak.
Kita bisa melakukan lebih dari semua itu dan membuat dunia menjadi lebih baik,
Kita bisa menentukan arah hidup ini dan kehidupan kita,
Tapi arah kehidupan kita itu harus juga merupakan sebuah panggilan menjadikan kehidupan orang lain menjadi semakin baik.
Maka menentukan arah hidup dengan menyesuaikan dengan jalan Allah adalah yang paling tepat.
Jalan Allah adalah jalan kebaikan, kebenaran dan cinta kasih,
Jika jalan ini yang dilakukan maka saya yakin dunia akan menjadi sangat baik dan lebih baik lagi.
Misi keberadaan dan panggilan manusia menjadi semakin sempurna dengan keberanian mengikuti arah jalan Tuhan ini.
Semoga kita boleh terus melakukan kewajiban dengan penuh tanggungjawab untuk memberikan kebaikan pada kehidupan ini.
Salam dalam keberanian menjadikan dunia menjadi lebih baik dalam keberanian mewujudkan tatanan dunia baru yang bukan hanya sebatas melakukan kewajiban tetapi kewajiban yang bertanggung jawab berdasarkan belas kasih dan pengorbanan.
Semoga rahasia arah hidup kita yang sesuai dengan arah hidup yang dikehendaki Allah senantiasa ada dalam diri kita.
Selalu bertindak berdasarkan hati yang bersumber pada cinta Allah pada diri kita.
Kita dapat melakukan banyak dalam hidup ini bahkan banyak sekali kalau kita mau dan mau.
Kebaikan ada pada tangan kita dan dimulai dari diri kita sendiri.
Sehingga apa yang akan kita lakukan disamping menentukan arah diri sendiri juga diharapkan mempengaruhi arah hidup orang lain terutama mereka yang hidup dalam ketidak berdayaan karena keterbatasannya.
ingatlah "kita akan mati dalam kesendirian dan ini dipenuhi oleh kesepian yang mencekam".
Maka sejak sekarang ambil bagian dalam kesendirian orang lain dengan terlibat pada kesendirian mereka adalah jalan untuk emngakrabi kesendirian diri sendiri.
Salam dalam cinta membangun dunia baru dalam keberanian terlibat pada orang lain.
petrusp.