Kamis, 31 Juli 2008

Domus Karitatis 8

"Setiap orang akan membuat dirinya semenarik mungkin untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang sekitarnya bahkan dengan mengeluarkan banyak biaya asalkan keinginan menjadi pusat perhatian tercapai.
Hal ini pantas kita tiru NAMUN bukan untuk perhatian manusia TAPI untuk mendapatkan perhatian dari Allah, perhatian dari Allah ini hanya dapat diperoleh kalau kita juga mendadani jiwa dengan hidup penuh kesucian melalui cinta yang sungguh padaNya dengan mencintai orang sekitar kita.
Berlombalah untuk mendapatkan perhatian Allah ini dengan segala upaya yang berkenan dihatiNya".
Memang untuk mendapatkan perhatian dari Allah ini tidak mudah karena memerlukan kerendahan hati yang luar biasa.
Untuk mampu mencintai, memperhatikan, menghargai dan menghormati dibutuhkan usaha dan kerendahan hati dan hanya dengan kerendahan hati inilah Allah berkenan memperhatikan hidup kita.
Memang Allah memperhatikan semua orang NAMUN hanya orang yang memiliki kerendahan hati yang mampu merasakannya.
Kerendahan hati sendiri tidak akan datang dengan tiba-tiba namun memerlukan proses panjang karena manusia masih memiliki ego yang besar.
Selama masih disebut manusia maka kemanusiaan tetap ada bahkan sering muncul terutama saat ada rangsangan yang "menyudutkannya".
Kemanusiaan ini sangat berkaitan erat dengan indera kita, selama indera masin ada maka kemanusiana masih sangat berpengaruh.
Maka mengendalikan indera dengan memberi ruang lebih luas pada kerendahan hati, hal ini mampu sedikit banyak mengendalikan kemanuasiaan hidup.
Setelah mampu mengendalikan indera ini maka hati lebih berperan dan hidup akan mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak tergantung kepuasan ego semata tetapi kepuasan jiwa dab rohani.
Kepuasan ini akan menjadi kegembiaraan yang sejati.
Kegembiraan ini akan menjadi berkat bagi diri sendiri dan orang lain terutama mereka yang membutuhkan.
Pagi ini ketika badan saya masih sakit karena kecapeaan setelah bakti sosial, saya mendapatkan telepon dari seorang Rekan di Jakarta.
Rekan ini mengabarkan kalau pengobatan yang dilakukan guna operasi seseorang yang kesiram minyak sudah selesai dan boleh pulang ke rumahnya hari ini ke Pontianak setelah dirawat selama sebulan di Jakarta.
Saya yang tidak ikut lansung dalam penanganan bahkan tidak bisa membantu dana karena saya sendiri masih disibukan dengan uang pangkal sekolah anak boleh ikut berbahagia dengan kejadian ini.
Rekan ini mengatakan,"bruder, operasi sudah selesai dan pagi ini kami mengantar "Ibu Lina" ke bandara untuk kembali ke Pontianak dan Ibu lina mengucapkan terima kasih pada kita semua. Syukur pada Allah kita bisa melakukan hal kecil ini sehingga mampu membahagiakan Ibu Lina dan keluarga".
sambung Rekan itu," sekarang kita memikirkan membangun rumah......yang hampir roboh itu".
Sahut saya," Sabar dulu. Kita selesaikan program uang pangkal anak sekolah baru pertengahan bulan depan urus rumah yang mau roboh itu".
Jawab Rekan itu,"Ya sudah terserah bruder saja. Tugasku untuk Ibu Lina sudah selesai ya, sekarang tugas bruder membuatkan ucapan terima kasih pada orang -orang yang telah membantu operasi Ibu Lina".
"Ok, malam aku buatkan dan nanti aku kirim ke email Ibu", jawab saya.
Inilah kegembiraan sejati itu.
Kegembiraan itu boleh dibagikan kepada orang lain termasuk kepada saya yang jauh dari Rekan itu bahkan saya tidak terlibat pada penanganan Ibu Lina yang kebakar akibat kesiram minyak sekujur tubuhnya.
Rekan ini "melaporkan" kepada saya akan apa yang dilakukan termasuk dana yang dipakai untuk operasi Ibu Lina ini.
Sesuatu yang membuat saya boleh bersyukur kepada Allah.
Memang saya hanya kebagian membuat tanda terima atas apa yang diterima untuk operasi ini dan bagian kecil inipun membuat saya sangat bahagia.
Inilah kebahagian sejati ini yaitu kebahagian "kolektip" dimana bukan menjadi kebahagian sendirian saja.
Rekan ini bahagia telah menyelesaikan tugannya membantu Ibu Lina, Rekan yang lain bahagia dengan mendapat kabar selesainya program operasi ini dan Ibu lina sendiri berbahagia karena boleh sembuh dari penyakitnya dan saya boleh bahagia mendengan kabar ini dan kebagian membuat ucapan terima kasih.
Semua menjadi bahagia dan jiwa-jiwa orang yang masih hidup ini boleh sedikit melakukan kebaikan dan boleh menari perpakaian dandanan cinta dihadapan Allah dalam kehidupan ini.
Dandanan yang dipakai adalah dandanan kesederhanan, keterlibatan, kebersamaan dan kejujuran untuk memberi kebaikan pada orang lain yang membutuhkan.
Jiwa kami boleh menjadi jiwa yang bebas dalam menyebarkan cinta dan berbagi cinta itu dengan orang lain.
Tak ada yang pantas menjadi miliknya sendiri karena hidup telah sedikit banyak terbebas dari kepuasan inderawi dan ego.
Dengan hal ini hidup menjadi menarik terutama bagi Allah sendiri karena apa yang dilakukan adalah pekerjaanNya dalam memperbaiki kerusakan yang ada.
Ini bukan sebuah perkejaan yang besar tetapi pekerjaan keterlibatan bagi orang yang membutuhkan pertolongan.
Tak ada sekat dalam diri kami akan instansi ataupun lembaga tetapi atas dasar kepercayaan dan cinta.
Oran lain kami ajak, mau terlibat boleh dan syukur kepada Allah , tidak terlibat terima kasih.
Memang pekerjaan demikian kadang sangat berat bahkan kadang harus menangis dalam hati tetapi tangisan ini semakin menyadarkan diri akan kerendahan hati kalau apa yang dilakukan adalah pekerjaaan Allah dan bukan perkerjaan pribadi sehingga kesetiaan harus tetap dijaga dan dilakukan.
Saat hidup berusaha untuk terus mendaki mencapai puncak kesetiaan pada Cinta, hidup telah mendekat padaNya yang juga setia menanggung penderitaan hingga sampai puncak Golgota.
Jangan mudah menyerah Ia menunggu kita sampai di puncakNya.
Yakinlah setiap tapak perjalanan hidup kita adalah usaha mendekatkan jiwa kita pada JiwaNya yang Kudus dipuncak kehidupan ini.
Usaha mencapai puncak bukan sesuatu yang gampang karena hidup harus mulai berani mengorbankan satu demi satu dari apa yang dimiliki.
Pertama indera kita, ego kita dan akhirnya diri kita sendiri.
Jika kemampuan melepaskan ini mulai bisa dilakukan maka jalan Allah semakin nyata karena tutunan yang ada bukan lagi pada diri sendiri tetapi ada diluar yaitu Allah sendiri.
Dengan demikian usaha mendandani diri dengan banyak kebaikan untuk memperoleh perhatian Allah sudah nyata dan Allah malah tinggal dalam hidp kita.
Kita bukan lagi sebatas "imitatio Cristi tetapi menjadi Altar Kristus.
Semoga kita boleh menjadi Altar Kristus setelah berani mendandani diri kita dengan Cita, Cinta dan Kebaikan yang bersumber pada Allah sendiri sehingga dunia semakin menyadari kehadiran dan keperpihakan Allah pada dunia saat ini melalui kehadiran diri kita,
Seperti yang telah dialami oleh Ibu Lina dengan kesembuhannya setelah merasakan cinta yang dilakukan rekan-rekan di Jakarta itu.
Tak ada yang mustahil dalam hidup ini asalkan ada kerendahan hati dan membiarkan Allah bekerja disana.
Sama seperti apa yang dilakukan St Vincensius dalam hidupnya yang mampu memberi tempat khusus dalam hatinya bagi orang kecil terutama yang terbuang dan cacat.
Cinta yang demikinan membakar hatinya dan diwariskan kepada kita sahabat-sahabatnya.
Mari menghidupkan cinta St Vincent ini dengan membawa Kristus di tengah dunia.
Jika cinta adalah apinya maka semangat melayani adalah panasnya.
Dengan cinta dan semangat ini dunia akan lebih baik karena Allah semakin dimuliakan dan perhatian Allah akan nyata sehingga hidup akan lebih dipenuhi kebahagian.
Salam dalam cinta menghidupi kerendahan hati untuk membangun dunia baru dalam kebersamaan dengan Allah.
petrusp.